BEI: Konsumsi Orang RI Geser ke Investasi

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,01 persen di kuartal II 2017.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 11 Agu 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2017, 14:00 WIB
 IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Sepanjang perdagangan hari ini (30/5), IHSG bergerak pada kisaran 5.693,39 - 5.730,06, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan bahwa untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi Indonesia secara riil, perlu menambah beberapa indikator. Salah satunya adalah investasi ke pasar modal. 

 

Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan mengatakan,  pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2017 tercatat 5,01 persen, sama dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal sebelumnya. Dengan realisasi tersebut, ada pihak yang berpendapat jika pertumbuhan ekonomi ini stagnan karena adanya penurunan daya beli masyarakat. Namun, ada juga berpendapat karena pergeseran transaksi sektor riil ke elektronik.

Bagi BEI, kata dia, sebenarnya tidak ada penurunan daya beli. Namun, ada kecenderungan pergeseran dari konsumsi menjadi investasi. "Saya bisa saja berasumsi kalau ada penurunan daya beli seperti itu. Ada pendapat yang mengatakan ada pergeseran sektor yang riil terhadap perdagangan elektronik. Dari kacamata saya, di Bursa bisa melihat ada pergeseran masyarakat yang dulunya konsumsi sekarang juga mulai mengalihkan dananya untuk diinvestasi," jelas Nicky di Gedung BEI Jakarta, Jumat (11/8/2017).

Dia mengatakan, itu terlihat pada jumlah investor di pasar modal. Dia bilang, jumlah investor di pasar modal tumbuh 20 persen dalam enam bulan terakhir. "Kalau kita perhatikan bagaimana pun tambahan jumlah investor menunjukkan peningkatan lebih dari 20 persen, jumlah investor disertai transaksi. Kita bicara jumlah investor juga mengalami kenaikan 20 persen untuk enam bulan pertama ini. Saya juga bisa berasumsi, ada pergeseran dari masyarakat konsumsi ke masyarakat melakukan investasi seperti itu," jelas dia.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi nasional relatif baik. Bahkan, itu tercermin dari laporan keuangan emiten yang telah dirilis. "Kembali, indikator yang dipakai oleh banyak pihak untuk menilai penurunan, rasanya harus dianalisa lebih jauh faktor di luar itu semua," tandas dia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,01 persen di kuartal II 2017 (Year on Year/YoY). Angka tersebut sama dengan pencapaian kuartal sebelumnya yang juga di angka 5,01 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2017 ini di bawah perkiraan. Namun, masih berada di koridor yang bagus dengan mempertimbangkan situasi global yang tidak pasti dan harga komoditas yang turun.

Ada beberapa yang memengaruhi angka pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2017 tersebut. Pertama adalah harga komoditas minyak dan gas dan nonmigas di pasar internasional pada kuartal I 2017 secara umum mengalami penurunan. Hal tersebut menahan angka pertumbuhan ekonomi menuju ke level yang lebih tinggi.

Namun di luar itu, kondisi perekonomian global pada kuartal II 2017 terus menunjukkan adanya peningkatan. Ia mencontohkan ekonomi beberapa mitra dagang ‎Indonesia pada umumnya membaik sehingga mampu mendorong angka pertumbuhan ekonomi.

"China menguat dari 6,7 persen di kuartal II 2016 menjadi 6,9 persen di kuartal II 2017, Amerika Serikat (AS) juga menguat dari 1,2 persen menjadi 2,1 persen. Sedangkan Singapura menguat dari 1,9 persen menjadi 2,5 persen," jelas dia.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya