Saham Operator Taksi Express Nyaris Rp 50

Saham PT Express Transindo Utama Tbk kembali tertekan dengan susut 22,67 persen ke posisi Rp 58 per saham pada Jumat pekan ini.

oleh Agustina MelaniAchmad Dwi Afriyadi diperbarui 06 Okt 2017, 19:46 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2017, 19:46 WIB
IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) kembali lanjutkan tekanan pada perdagangan saham Jumat pekan ini.

Bahkan saham PT Express Transindo Utama Tbk masuk jajaran top losers atau melemah paling tajam. Saham TAXI tergelincir 22,67 persen ke posisi Rp 58 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 3.497 kali dengan nilai transaksi Rp 10,1 miliar.

Menjelang akhir pekan ini, berdasarkan data RTI saham PT Express Transindo Utama Tbk sempat berada di level tertinggi Rp 75 dan terendah Rp 54. Sepanjang 2017, saham PT Express Transindo Utama Tbk susut 55,88 persen.

"Penurunan saham PT Express Transindo Utama Tbk imbasnya masih sama (seperti kemarin)," kata Analis PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada lewat pesan singkat kepada Liputan6.com, Jumat (6/10/2017).

Reza menuturkan, penurunan harga saham PT Express Transindo Utama Tbk dapat terjadi hingga jangka panjang. Hal itu lantaran dari sisi kinerja belum menunjukkan perbaikan.

PT Express Transindo Utama Tbk mengumumkan merumahkan ratusan karyawannya. Perseroan menganggap taksi online memicu persaingan yang tidak sehat.

"Ini semua terjadi karena pemerintah tidak tegas menegakkan aturan-aturan yang dibuat pemerintah sendiri yakni UU LLAJ Nomor 22 Tahun 2009," ujar Direktur PT Express Transindo Utama Tbk Shafrungan Sinungan kepada Liputan6.com.

Hingga Juni 2017, perseroan mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 133,11 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 42,89 miliar.

Pendapatan perseroan turun 57,56 persen dari Rp 374,06 miliar pada semester I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 158,72 miliar.

Reza menilai, penurunan kinerja PT Express Transindo Utama Tbk lantaran ada persaingan di segmen kendaraan taksi. Apalagi dengan maraknya penggunaan taksi online membuat minat atas taksi konvensional yang dimiliki PT Express Transindo Utama Tbk menurun.

"Di sisi lain ada kerjasama dengan ada pihak Uber belum terlalu banyak terlihat pada kinerja Express Transindo Utama. Sementara itu, pemasukan Express Transindo Utama yang mengalami kenaikan hanya sewa kendaraan namun kontribusi pada pemasukan hanya 12,75 persen sehingga kurang kuat menopang pemasukan dan mengimbangi penurunan dari segmen kendaraan taksi," jelas Reza.

Selain hadapi penurunan kinerja dan upaya bersaing di industri transportasi, Reza melihat kalau PT Express Transindo Utama Tbk juga hadapi upaya pelunasan utang yang nilainya melampaui ekuitas. Namun masih dapat diimbangi dengan aset perseroan.

Tercatat pada 30 Juni 2017, PT Express Transindo Utama Tbk mencatatkan total liabilitas Rp 1,83 triliun dari posisi 31 Desember 2016 di kisaran Rp 1,82 triliun. Sedangkan ekuitas Rp 603,39 miliar. Total aset perseroan sekitar Rp 2,43 triliun pada 30 Juni 2017 dari posisi 31 Desember 2016 sebesar Rp 2,55 triliun.

"Pengurangan pegawai maupun armada kemungkinan akan dilakukan PT Express Transindo Utama Tbk untuk lebih efisienkan kinerjanya meski hanya bersifat sementara dan dapat berimbas pada penurunan pemasukan," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Rumahkan Karyawan dan Jual Aset

Perusahaan taksi PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) menyatakan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 250 karyawan sampai Juni 2017. Perseroan juga berencana menjual sejumlah aset, seperti tanah dan rumah toko (ruko).

Langkah ini sebagai upaya efisiensi dan meningkatkan kinerja serta mengurangi kewajiban panjang perseroan.

Hal ini terungkap dari penjelasan perusahaan perihal jawaban atas pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 September, terkait laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada 30 Juni 2017 dalam situs BEI, Rabu 4 Oktober 2017.

Perseroan menjelaskan meski terjadi PHK terhadap sejumlah karyawan, perseroan masih tetap memiliki program rekrutmen pengemudi. Sebab pengemudi merupakan mitra perseroan dan bukan bagian dari komponen karyawan.

"Adanya rekrutmen pengemudi dengan pemberian diskon diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengemudi dan utilitas operasional armada. Peningkatan utilitas armada ini diharapkan juga meningkatkan pendapatan perseroan," jelas isi surat yang ditandatangani Sekretaris Perusahaan Megawati Affan.

Adapun aset yang ingin dijual perusahaan berupa tanah kosong dan ruko. Penjualan aset tersebut kini masih dalam proses. Perusahaan melaporkan juga telah menjual sekitar 136 unit armada dan 1 unit bus. Dari penjualan armada, perusahaan mendapatkan dana total Rp 6 miliar.

"Dana yang didapat dari hasil penjualan aset-aset di atas sebagian besar akan digunakan untuk mengurangi kewajiban jangka panjang perseroan dan juga kegiatan usaha dan operasional," jelas Megawati.

Perseroan melaporkan pendapatan Rp 158,73 miliar pada Juni 2017. Pendapatan turun dibandingkan di periode yang sama di 2016 yang mencapai Rp 374,06 miliar.

Dalam penjelasannya, perusahaan menyampaikan, rendahnya pendapatan disebabkan oleh rendahnya tingkat utilitas alias tingkat perolehan penumpang. Tercatat, dari 9.700 armada taksi yang dimiliki, tingkat okupansi taksi Express turun dari 50 persen-55 persen pada 2016 menjadi hanya 45 persen sampai Juni 2017.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya