Liputan6.com, New York - Harga minyak pulih dari kerugian sebelumnya, namun berakhir lebih rendah pada hari ini. Ini usai Departemen Energi Amerika Serikat (AS) melaporkan penurunan persediaan minyak negaranya yang lebih besar dari perkiraan.
Melansir laman Reuters, Jumat (13/10/2017), pasar tertekan outlook bearish International Energy Agency, yang menurunkan perkiraan permintaan minyak untuk 2018.
Harga minyak mentah Brent LCOc1 turun 69 sen atau 1,2 persen menjadi US$ 56,25 per barel. Sementara minyak mentah AS CLc1 berakhir turun 70 sen atau 1,4 persen ke posisi US$ 50,60 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Kedua tolok ukur harga minyak tersebut telah meningkat lebih dari 20 persen dari posisi terendahnya di bulan Juni seiring pengetatan pasokan di pasar minyak dunia.
Harga minyak menguat dalam beberapa pekan terakhir, namun tidak jelas apakah harga minyak mentah AS akan kembali ke harga tertingginya yang berada di posisi hampir US$ 53 per barel pada akhir September.
Laporan persediaan bensin AS, memberi kekhawatiran bahwa stok minyak mentah kemungkinan bertambah lagi, menyingkirkan penguatan dan laju baru-baru ini.
Persediaan minyak mentah AS turun 2,7 juta barel dalam pekan sampai 6 Oktober. Dibandingkan dengan ekspektasi analis akan ada penurunan 2 juta barel.
"Dengan selesainya musim liburan musim panas, akan ada sedikit permintaan untuk bensin selama beberapa minggu mendatang. Ini bisa mengakibatkan kenaikan pada minyak mentah karena produksi minyak yang tinggi," kata Abhishek Kumar, Analis Energi Senior Interfax Energy Global Gas Analytics di London.
IEA mengatakan permintaan untuk minyak OPEC akan mencapai 32,5 juta barel per hari tahun depan - sekitar 150 ribu bpd lebih rendah dari produksi bulan lalu.
Adapun persediaan minyak mentah AS masih 13 persen di atas rata-rata lima tahun menjelang musim dingin, meski ada upaya OPEC untuk memotong produksi. Kesepakatan yang dipimpin OPEC membantu mengangkat minyak dari bawah US$ 30 per barel awal tahun lalu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: