Liputan6.com, Sydney - Bursa saham Asia konsolidasi pada perdagangan saham Rabu pekan ini seiring pelaku pasar menunggu kebijakan dari hasil pertemuan partai komunis di China.
Kongres pertemuan partai di China ini diharapkan dapat memperkuat wewenang Presiden China Xi Jinping. Pada pertemuan partai itu juga akan menguraikan rencana Xi Jinping dalam lima tahun ke depam.
Selain itu, Amerika Serikat (AS) juga kembali menolak menyebut China sebagai manipulator mata uang meski tetap mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah China.
Advertisement
Baca Juga
Data ekonomi terbaru dari China pun memicu keyakinan soal pertumbuhan global sehingga dapat mendorong kenaikan di bursa saham global.
Mengutip Reuters, Rabu (18/10/2017), indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,13 persen. Indeks saham Australia sedikit menguat. Indeks saham Jepang Nikkei bertambah 0,3 persen.
Kenaikan bursa saham juga didorong dari hasil survei manajer investasi terbaru dari Bofa Merrill Lynch.
"Investor yang disurvei memperkirakan pertumbuhan ekonomi di atas tren dan inflasi di bawah tren," tulis survei tersebut.
Selain itu, investor juga kurang yakin pada obligasi. Namun 82 persen investor memperkirakan imbal hasil obligasi akan meningkat dalam 12 bulan.
Di pasar uang, dolar AS cenderung menguat. Dolar AS terhadap yen stabil di kisaran 112.20. Euro bertahan di kisaran US$ 1.177. Pelaku pasar berhati-hati jelang pidato pimpinan Bank Sentral Eropa Mario Draghi.
Di pasar komoditas, harga emas bergerak di kisaran US$ 1.286,41. Sentimen kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve soal suku bunga masih pengaruhi pasar.
Harga minyak Brent naik 38 sen menjadi US$ 58,26 per barel. Sedangkan harga minyak AS menguat 19 sen menjadi US$ 52,07.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: