Inflasi Oktober 0,01 Persen, IHSG Naik Terbatas

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 9,43 poin ke posisi 6.015,21 pada sesi pertama penutupan perdagangan saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Nov 2017, 12:18 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2017, 12:18 WIB
IHSG
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham Rabu pekan ini. Penguatan IHSG di tengah pengumuman rilis inflasi Oktober 2017 dan peringkat kemudahan berusaha Indonesia yang meningkat ke posisi 72.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Rabu (1/11/2017), IHSG naik tipis 9,43 poin atau 0,16 persen ke posisi 6.015,21. Indeks saham LQ45 menguat 0,28 persen ke posisi 994,98. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Ada sebanyak 151 saham menguat, sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 166 saham melemah sehingga menekan IHSG. 108 saham lainnya diam di tempat.

Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.028,90 dan terendah 6.008,36. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 158.639 kali dengan volume perdagangan saham 4,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,6 triliun.

Investor asing melakukan aksi jual Rp 129,85 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.582.

Secara sektoral, sektor saham sama-sama menguat dan melemah. Sektor saham tambang naik 1,29 persen dan mencatatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan naik 1,02 persen dan sektor saham aneka industri menguat 0,87 persen. Sedangkan sektor saham industri dasar tergelincir 1,7 persen.

Saham-saham yang mencatatkan penguatan antara lain saham MCAS melonjak 49,46 persen ke posisi Rp 2.070, saham RBMS naik 9,57 persen ke posisi Rp 103 per saham, dan saham LPPF menanjak 9,01 persen ke posisi Rp 9.375 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham GMTD turun 19,80 persen ke posisi Rp 8.000, saham ASJT tergelincir 19,44 persen ke posisi Rp 725 per saham, dan saham ARII susut 16,11 persen ke posisi Rp 755 per saham.

Bursa saham Asia pun kompak menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,59 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 1,05 persen, indeks saham Jepang Nikkei menguat 1,62 persen, dan catatkan penguatan terbesar di bursa Asia.

Selain itu, indeks saham Shanghai menguat 0,08 persen, indeks saham Singapura mendaki 0,40 persen, indeks saham Taiwan menanjak 0,07 persen.

Penguatan IHSG pada sesi pertama di tengah rilis inflasi Oktober 2017. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Oktober 2017 sebesar 0,01 persen. Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,67 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,58 persen.

"Inflasi di Oktober jauh lebih rendah dibandingkan Oktober 2016 yang sebesar 0,14 persen‎. Tetapi ini lebih tinggi Oktober 2015 yang mengalami deflasi -0,08 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Rabu pekan ini.

Dia mengatakan, penyumbang inflasi antara lain makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,28 persen dengan andil 0,05 persen.

Kemudian perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,18 persen dengan andil 0,04 persen. Sementara bahan makanan terjadi deflasi 0,45 persen dengan andil -0,09 persen.

Dia menuturkan, dari 82 kota IHK, tercatat 44 kota tercatat inflasi, dan 38 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 1,05 persen.

Sedangkan inflasi terendah berada di Surakarya dan Cilegon sebesar 0,01 persen. Sementara untuk deflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar -1,31 persen dan deflasi terendah di Palopo sebesar -0,01 persen.

"Untuk inflasi Oktober 2017, di 82 kota secara umum banyak komoditas yang mengalami penurunan tapi ada yang mengalami kenaikan," ucap dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya