IHSG Berpeluang Lanjutkan Koreksi

Data inflasi Desember 2017 melebihi harapan mempengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham Rabu pekan ini.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 03 Jan 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2018, 06:30 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Pengunjung mengambil foto layar indeks harga saham gabungan yang menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi melanjutkan koreksi pada perdagangan saham Rabu (3/1/2018). Analis PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi memperkirakan IHSG berada pada support 6.300 dan resistance 6.366.

IHSG bakal melanjutkan pelemahan seperti penutupan sehari sebelumnya. Kemarin, IHSG ditutup susut 16,42 poin ke level 6.339,24.

"Data Inflasi bulan Desember 2017 rilis 0,71 persen di atas ekspektasi. Sehingga data inflasi tahunan sebesar 3,61 persen naik dari 3,3 persen di periode sebelumnya," kata dia, di Jakarta, Rabu pekan ini.

Meski begitu, investor asing masih mencatatkan beli bersih. Tercatat, beli bersih asing Rp 519,83 miliar.

"Aksi beli investor asing pun mulai kembali terlihat dengan tercatat net buy Rp 519,83 miliar," kata dia.

Sementara, bursa Asia mayoritas menguat. Hal itu didorong data ekonomi yang dirilis China.

"Indeks Data Manufakturing PMI di Tiongkok rilis naik di atas ekspektasi 51.7 dari 50.8 menjadi faktor utama pengerak positif indeks saham di ekonomi terbesar kedua dunia," ujar dia.

Lanjar merekomendasikan saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Ace Hardware Tbk (ACES).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Menebak Arah IHSG pada 2018

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Karena hal tersebut, Jokowi memberi apresiasi kepada seluruh pelaku industri maupun otoritas pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi lanjutkan pertumbuhan positif pada 2018. Hal itu asalkan ditopang pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berjalan lancar dan pertumbuhan ekonomi sesuai harapan.

IHSG mampu mencatatkan performa gemilang sepanjang 2017. IHSG mampu naik 19,99 persen. Penguatan IHSG 2017 juga didorong sektor keuangan tumbuh 40 persen, disusul sektor saham industri dasar menguat 28 persen, dan sektor konsumsi tumbuh 23 persen.

Lalu, bagaimana prediksi IHSG pada 2018?

Dalam riset PT Sinarmas Sekuritas, disebutkan IHSG akan menembus level 6.715 pada 2018. Hal itu didorong dari pertumbuhan earning per share (eps) atau laba bersih per saham 9,9 persen atau 17,6 kali. Kenaikan pertumbuhan eps itu lebih tinggi dari posisi 2017 di kisaran 8,3 persen. Demikian mengutip riset PT Sinarmas Sekuritas, Selasa 2 Januari 2018.

Pertumbuhan IHSG juga didorong pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih baik pada 2018. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didukung dari harga komoditas dan menguatnya konsumsi rumah tangga. Ekonomi Indonesia diharapkan tumbuh 5,25 persen-5,35 persen pada 2018. Inflasi diharapkan stabil di kisaran 3,5 persen-4 persen.

Selain itu, riset PT Sinarmas Sekuritas menyebutkan anggaran bantuan sosial pemerintah, mulai dari bantuan pangan nontunai, dana desa, dan bantuan sosial diharapkan dapat mendorong konsumsi masyarakat, sehingga memperkuat ekonomi 2018.

Pelaksanaan Asian Games dan jelang satu tahun pemilihan presiden diharapkan juga jadi katalis untuk dorong konsumsi belanja swasta.

Sementara itu, analis PT OSO Securities Riska Afriani menuturkan, IHSG berpotensi ke level 6.700-6.900 pada 2018. Pertumbuhan IHSG ditopang optimisme pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi bakal membaik. Dengan pertumbuhan ekonomi membaik, dapat mendorong emiten mencetak keuntungan lebih tinggi.

Riska menambahkan, pertumbuhan jumlah emiten di pasar modal Indonesia juga jadi salah satu pendorong pertumbuhan IHSG. Riska menuturkan, pasar modal Indonesia masih jadi tempat menarik untuk perusahaan mencari pembiayaan lewat penawaran saham perdana ke publik.

Selain itu, meski Indonesia memasuki tahun politik, pertumbuhan ekonomi masih bisa positif. Ditambah faktor eksternal dengan pertumbuhan ekonomi global, terutama Amerika Serikat (AS), yang sesuai jalur.

"Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tentu akan meningkatkan ekspor. Selama ini ekspor banyak ke China dan Amerika Serikat," kata Riska.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya