Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Hal itu asal didukung aliran dana investor asing masuk ke pasar saham Indonesia.
Analis PT Asjaya Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, IHSG sedang bergerak dalam rentang konsolidasi wajar. IHSG berpotensi kembali cetak rekor tertinggi baru ditunjang oleh aliran dana investor asing yang secara perlahan mulai terjadi.
"IHSG akan bergerak di kisaran 6.189-6.446," ujar William dalam ulasannya, Selasa (9/1/2018).
Advertisement
Sementara itu, Analis PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menuturkan, IHSG berpotensi menguat dengan rentang 6.324-6.415.
Baca Juga
"Secara teknikal IHSG mematahkan penguatan di level 6.375 dengan selanjutnya menguji level 6.440. Indikator bergerak konsolidasi positif dengan momentum yang tertahan pada zona overbought," jelas Lanjar
Untuk pilihan saham, Lanjar memilih saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT AKR Corpindo Tbk (AKRA), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
Sedangkan William memilih saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).
Pada perdagangan saham kemarin, IHSG naik 31,67 poin ke level 6.385,40. Sektor pertambangan dan konstruksi memimpin penguatan. Hal itu didukung harga minyak yang terlihat kuat di atas US$ 61 per barel sehingga mendorong harga tambang energi lainnya.
Selain itu, prospek konstruksi dalam negeri yang dinilai baik juga menjadi faktor penguatan IHSG. Investor asing pun melakukan aksi beli Rp 331,88 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
IHSG Cetak Rekor Tertinggi
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali catatkan level tertinggi pada awal 2018. Hal itu didorong sektor tambang dan konstruksi.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin 8 Januari 2018, IHSG naik 31,66 poin atau 0,50 persen ke posisi 6.385,40. Indeks saham LQ45 menguat 0,58 persen ke posisi 1.086. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.
Ada sebanyak 226 saham menguat sehingga dorong IHSG ke zona hijau. 134 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 117 saham lainnya diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.385,40 dan terendah 6.349,04.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 353.904 kali dengan volume perdagangan 12,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,4 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 323 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.421.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham kecuali sektor industri dasar turun 0,86 persen dan sektor saham manufaktur susut 0,01 persen. Sektor tambang naik 2,56 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi menguat 1,73 persen, dan sektor pertanian mendaki 1,22 persen.
Saham-saham catatkan top gainers antara lain saham DOID naik 12,74 persen ke posisi Rp 885, saham PSSI melonjak 12 persen ke posisi Rp 224, dan saham ADRO melonjak 8,54 persen ke posisi Rp 2.160 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham MABA turun 12,28 persen ke posisi Rp 500, saham CPIN tergelincir 8,61 persen ke posisi Rp 3.290 per saham, dan saham JPFA susut 3,96 persen ke posisi Rp 1.355 per saham.
Bursa Asia kompak menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,28 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,63 persen, indeks saham Shanghai menanjak 0,52 persen, indeks saham Singapura menguat 0,65 persen, dan indeks saham Taiwan naik 0,33 persen.
Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, penguatan IHSG didorong sektor saham konstruksi dan batu bara. Akan tetapi, sektor saham konstruksi memainkan peranan cukup penting untuk gerak IHSG.
"Sektor konstruksi cukup lama performance kurang bagus selama satu tahun ini. Saat ini sudah mulai ada berita positif. Pada pertengahan bulan KAI dan Adhi Karya akan terima pembayaran, ini akan diikuti perusahaan lainnya. Jadi cash flow positif," jelas Aditya.
Ia menambahkan, penguatan IHSG juga didorong dari data ekonomi. Ini ditunjukkan dari data cadangan devisa mencapai US$ 130 miliar pada akhir 2017. Selain itu, data kepercayaan konsumen juga baik. "Ini cukup direspon positif investor terutama investor domestik," kata Aditya.
Advertisement