Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan cukup dalam pada sesi penutupan perdagangan hari ini (12/3/2018). Kenaikan ini ditopang lonjakan sektor saham tambang dan pembelian saham yang dilakukan investor asing.
IHSG ditutup ke level 6.500,687, menanjak 67,36 poin atau 1,05 persen. Indeks saham LQ45 terpantau menghijau dengan penguatan 0,99 persen.
Advertisement
Baca Juga
Hampir seluruh sektor saham naik sehingga mengerek IHSG, kecuali sektor saham pertanian yang tergelincir sebesar 0,28 persen. Penguatan terbesar dipimpin sektor pertambangan sebesar 2,43 persen.
Sektor saham keuangan mengekor di belakangnya dengan kenaikan 1,34 persen, dan industri dasar yang menguat sebesar 1,30 persen.
Sebanyak 242 saham menguat, 118 saham melemah, dan 116 saham jalan di tempat. Total frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 403.691 kali, dengan volume transaksi 9 miliar saham, dan senilai Rp 7,8 triliun.
Investor asing melakukan pembelian di seluruh pasar senilai Rp 116,41 miliar. Sementara kurs rupiah berada di posisi Rp 13.755 per dolar Amerika Serikat (AS).
Tiga saham yang menguat dalam, antara lain saham RODA dengan kenaikan 34,57 persen, disusul PADI yang terkerek sebesar 24,79 persen, dan DEFI dengan penguatan 22,64 persen.
Namun adapula saham-saham yang terkoreksi ke zona merah. Antara lain, saham TIRA yang terjungkal sebesar 23,89 persen, saham BULL dengan pelemahan 16,97 persen, dan saham PDES sebesar 15,24 persen.
Di bursa saham Asia, seluruh indeks utama kompak menguat. Indeks saham Hang Seng Hong Kong mencatatkan kenaikan 1,93 persen, indeks saham Kospi Korea Selatan menguat sebesar 1 persen.
Indeks saham Nikkei Jepang berada di zona hijau dengan kenaikan 1,65 persen, indeks saham Shanghai, China menguat 0,59 persen, indeks saham Strait Times Singapura naik 1,57 persen, dan indeks saham Taiwan terdorong naik 1,26 persen.
Analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji mengatakan, penguatan IHSG didorong sentimen global, rilis hasil data ekonomi AS Nonfarm Payroll (NFP) ternyata di atas ekspektasi para pelaku pasar, yakni sebesar 313000 dan merupakan posisi angka tertinggi sejak Juli 2016.
"Tapi hasil data tingkat pengangguran AS serta data Average Hourly Earnings m/m yang tidak sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar menyebabkan posisi dolar AS terdepresiasi terhadap rupiah," jelasnya.
Meskipun begitu, Nafan bilang, data tersebut tidak akan menyurutkan langkah Gubernur The Fed, Jerome Powell untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan pada 21 Maret ini.
"Untuk sementara ini, efeknya masih positif bagi IHSG khususnya pada hari ini," ujarnya.
Dia menambahkan, para pelaku pasar juga mengapresiasi rencana pertemuan antara presiden AS, Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam rangka memperbaiki situasi di Semenanjung Korea.
"Kalau sentimen domestiknya, adapun faktor stabilitas fundamental makro ekonomi dalam negeri yang inklusif dan berkesinambungan memberikan katalis positif bagi pergerakan IHSG," pungkas Nafan.
IHSG Berpeluang Menghijau, Awasi Pilihan Saham Ini
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan saham awal pekan ini. Aliran dana investor asing diharapkan kembali masuk ke pasar saham sehingga mengangkat IHSG.
Analis PT Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, IHSG masih akan ditopang oleh fundamental ekonomi yang stabil terutama dilihat dari data ekonomi yang dirilis.
Hal itu dapat menjadi sentimen untuk mendorong minat investror berinvestasi masih cukup tinggi. Ini jika melihat IHSG yang masih terus berpotensi menguat.Selain itu, aliran dana investor asing juga diharapkan dapat kembali untuk memperkuat kenaikan IHSG.
William menambahkan, rilis data penjualan kendaraan roda dua dan pertumbuhan kredit juga akan bayangi IHSG."IHSG berpotensi menguat di kisaran 6.345-6.578," ujar William dalam ulasannya, pada 12 Maret 2018.
Sementara itu, Analis PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan menguat terbatas pada awal pekan. IHSG akan bergerak di kisaran 6.380-6.510.
"IHSG terkonsolidasi seakan momentum arah balik kurang begitu kuat dibandingkan indikasi penurunan. Meski pun demikian potensi penguatan cukup terbatas melihat pergerakan masih tertahan pada level moving average lima harian," jelas dia.
Untuk saham-saham yang masih dapat diperhatikan antara lain PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Sedangkan William memilih saham BBNI, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Pada penutupan perdagangan saham Jumat pekan lalu, IHSG melemah 9,7 poin atau 0,15 persen ke posisi 6.433,21 usai IHSG terkonsolidasi.
Sektor saham aneka industri menekan IHSG dan industri dasar menjadi penahan. Lanjar menilai, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, inflasi dan prospek suku bunga menjadi faktor kekhawatiran investor. Investor asing melakukan aksi jual Rp 938,20 miliar.
Advertisement