Investor Asing Lepas Saham Rp 620 Miliar, IHSG Melemah 40,47 Poin

Sektor saham aneka industri susut dua persen berdampak terhadap penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Apr 2018, 16:17 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2018, 16:17 WIB
Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan saham Jumat pekan ini.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (13/4/2018), IHSG melemah 40,47 poin atau 0,64 persen ke posisi 6.270,32. Indeks saham LQ45 susut 1,1 persen ke posisi 1.022,63. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan kecuali Pefindo25 naik 0,26 persen.

Sebanyak 203 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sementara, 152 saham menghijau dan 129 saham diam di tempat. Pada Jumat pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.335,94 dan terendah 6.270,32.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 308.855 kali dengan volume perdagangan saham 8,1 miliar saham. Nilai transaksi Rp 5,7 triliun. Investor asing lepas saham Rp 620,70 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.750.

Sebagian besar sektor saham tertekan. Sektor saham aneka industri melemah dua persen, dan memimpin pelemahan sektor saham keseluruhan. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 1,97 persen dan sektor saham barang konsumsi susut 1,28 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham TAXI naik 12,05 persen ke posisi Rp 186 per saham, saham INCO menguat 4,19 persen ke posisi Rp 3.230 per saham, dan saham MCAS mendaki 3,94 persen ke posisi Rp 2.900 per saham.

Sementara itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham TRIL melemah 29,75 persen ke posisi Rp 85, saham SRSN susut 25,84 persen ke posisi Rp 66, dan saham MIRA tergelincir 25,37 persen ke posisi Rp 50.

Bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,07 persen, indeks saham Shanghai melemah 0,66 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei naik 0,55 persen, indeks saham Singapura menguat 0,97 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,09 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, investor merealisasikan keuntungan sehingga menekan IHSG. Lembaga pemeringkat internasional Moody’s menaikkan peringkat utang Indonesia dengan prospek positif dinilai hanya berdampak pada awal sesi perdagangan.

“Aksi profit taking menyebabkan IHSG ditutup di zona merah,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

 

Sesi I, IHSG Melemah Terbatas

20161110-Hari-ini-IHSG-di-buka-menguat-di-level-5.444,04-AY2
Suasana kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11). Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 181 saham menguat, 39 saham melemah, 63 saham stagnan, dan sisanya belum diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi dengan kecenderungan melemah pada sesi pertama perdagangan saham Jumat pekan ini. Pergerakan IHSG bervariasi itu di tengah pengumuman lembaga pemeringkat internasional Moody’s menaikkan peringkat utang Indonesia.

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Jumat (13/4/2018), IHSG melemah tipis 1,86 poin atau 0,03 persen ke posisi 6.308,93. Indeks saham LQ45 turun tipis 0,01 persen ke posisi 1.033,80. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.

Pada sesi  pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.335,20 dan terendah 6.301,38. Sebanyak 151 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Akan tetapi, 156 saham menguat jadi membuat IHSG melemah terbatas. Sedangkan 134 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 175.583 kali dengan volume perdagangan lima miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2,8 triliun. Investor asing masih jual saham Rp 108,65 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.752.

Sektor saham pun masing-masing menguat dan melemah. Sektor saham infrastruktur turun 0,84 persen, sektor saham industri dasar tergelincir 0,22 persen dan sektor saham barang konsumsi susut 0,12 persen.

Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham TAXI melonjak 13,25 persen ke posisi Rp 188 per saham, saham BKDP menguat 5,15 persen ke posisi Rp 102 per saham, dan saham DYAN menanjak 3,7 persen ke posisi Rp 112 per saham.

Sementara, saham-saham yang tertekan yaitu saham HELI turun 27,60 persen ke posisi Rp 362 per saham, saham ABBA turun 20,62 persen ke posisi Rp 77 per saham, dan saham IIKP tergelincir 4,72 persen ke posisi Rp 202 per saham.

Bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,08 persen, indeks saham Shanghai merosot 0,39 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,56 persen, indeks saham Singapura menguat 0,67 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,17 persen.

VP Sales and Marketing PT Ashmore Assets Management Indonesia, Angganata Sebastian menuturkan,  Moody’s menaikkan peringkat surat utang Indonesia membuat premium risiko Indonesia di mata investor asing menjadi lebih kecil. Imbal hasil obligasi atau cost of funding menjadi lebih rendah. Hal tersebut akan mendorong investor asing meningkatkan porsi pada pasar modal Indonesia.

“Selain itu diharapkan dapat memberikan positif pada nilai tukar rupiah,” ujar Angganata saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan investor asing masih jual saham, menurut Angganata, hal tersebut karena ada kecenderungan dari kebijakan pemerintah pengaruhi industri. Contohnya rencana penurunan tarif tol. Namun, diharapkan sentimen kenaikan peringkat utang dari Moody’s dapat menjadi pendorong untuk investor asing masuk ke pasar saham setelah kenaikan peringkat dari Moody’s terutama dalam jangka pendek.

Sementara itu, Analis PT Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya mengatakan, lembaga pemeringkat Moody’s menaikkan peringkat utang Indonesia seharusnya menjadi sentimen positif bagi IHSG. Akan tetapi, pelaku pasar belum merespons hal tersebut mengingat jelang akhir pekan sehingga merealisasikan aksi ambil untung. Hal itu lantaran IHSG sudah menguat pada perdagangan saham kemarin.

“Harusnya positif karena outlook dari stable ke positif. Tapi ini jelang akhir pekan jadi belum. Kemungkinan respons pada awal pekan depan,” kata William saat dihubungi Liputan6.com

Ia mengatakan, pelaku pasar lebih menunggu rilis laporan kinerja keuangan kuartal I 2018. Hal itu akan berdampak signifikan untuk IHSG.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya