Bursa Saham Asia Bervariasi Imbas Kekhawatiran Perang Dagang

Sentimen the Federal Reserve dan menanti hasil pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China bayangi bursa Asia.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Mei 2018, 08:45 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2018, 08:45 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia bervariasi menjelang pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.Pada perdagangan saham Kamis, (3/5/2018), indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang mendatar.

Sementara itu, indeks saham Kore Selatan melemah 0,24 persen di awal perdagangan. Indeks saham Australia naik 0,68 persen. Sedangkan bursa saham Jepang libur.

Pemerintahan AS di bawah pimpinan Presiden Donald Trump pun sedang mempertimbangkan untuk memberi perintah eksekutif membatasi kemampuan perusahaan China untuk menjual peralatan telekomunikasi di AS. Ini dapat menganggu ketenangan investor.

Pembicaraan antara Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Wakil Perdana Menteri China Liu He akan rilis pada Kamis malam waktu setempat. Namun kesepakatan kedua negara itu dinilai sangat tidak mungkin.

Sentimen tersebut pun menekan bursa saham AS atau wall street. Mengutip laman Reuters, indeks saham Dow Jones melemah 0,72 persen. Sementara itu, indeks saham S&P 500 susut 0,72 persen dan indeks saham Nasdaq tergelincir 0,42 persen. Hal tersebut juga berdampak ke bursa saham Asia.

 

Selanjutnya

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sementara itu, bank sentral AS atau the Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan memberikan sentimen positif di awal perdagangan.

Hasil pertemuan the Federal Reserve itu juga menunjukkan keyakinan terhadap kenaikan inflasi yang mendekati target dua persen."Pernyataan itu hanya membawa perubahan sederhana dalam kata-kata. The Federal Reserve optimistis pada prospek dan berniat terus menaikkan suku bunga secara bertahap," ujar Analis Westpac, Elliot Clarke.

Namun the Federal Reserve juga menekankan target inflasi simetris menunjukkan tidak cenderung untuk mempercepat kenaikan suku bunga.

"The Fed melihat sedikit alasan untuk khawatir dengan inflasi sedikit di atas target dua persen, terutama usai periode panjang karena kinerja yang buruk,” kata dia.

Di pasar uang, indeks dolar AS sentuh level tertinggi sejak akhir Desember di posisi 92,83. Dolar AS juga menguat ke level tertinggi dalam tiga bulan terhadap yen. Posisi dolar AS 110,05 terhadap yen.

Sedangkan posisi euro berada di kisaran USD 1,19.Di pasar komoditas, harga minyak tergelincir. Harga minyak Brent berjangka turun 34 sen menjadi USD 73 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS susut 33 sen menjadi USD 67,60.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya