Wall Street Anjlok Imbas Imbal Obligasi AS Melonjak

Bursa saham AS atau wall street melemah setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi dalam tujuh tahun.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Mei 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2018, 05:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi dalam tujuh tahun.

Selain itu, data penjualan ritel yang kuat memicu kekhawatiran inflasi. Di sisi lain, investor cemas tentang pembicaraan perdagangan antara AS dan China.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa (Rabu pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 193 poin atau 0,78 persen ke posisi 24.706,41.

Diikuti indeks saham S&P 500 tergelincir 18,68 poin atau 0,68 persen ke posisi 2.711,45. Indeks saham Nasdaq tergelincir 59,69 poin atau 0,81 persen ke posisi 7.351,63.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melompat ke level tertinggi sejak Juli 2011. Ini menunjukkan kenaikan inflasi dan mendorong indeks dolar AS ke level tertinggi dalam 2018. Sentimen itu meningkatkan harapan the Federal Reserve atau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga.

"Kombinasi pertumbuhan perusahaan dan suku bunga tinggi sangat mengerikan. Dolar AS menguat berarti tekanan ke bawah. Hal ini terus membuat pasar gelisah," ujar Anthony Chan, Ekonom Chase, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (16/5/2018).

Sentimen lain pengaruhi wall street yaitu rilis data ekonomi yaitu penjualan ritel pada April naik 0,4 persen sepanjang Maret. Hal itu didorong belanja konsumen lebih cepat usai melambat pada kuartal I. Penjualan ritel itu tidak termasuk bensin, mobil, bahan bangunan dan layanan makanan.

 

Selanjutnya

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Investor juga tetap disibukkan dengan perundingan tingkat antara AS dan China yang akan dimulai pada pekan ini di Washinton. Duta Besar AS untuk China Terry Branstad mengatakan, kedua negara masih “sangat jauh” untuk memutuskan soal tarif. Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pun mendukung upaya mencapai kesepakatan.

"Sedikit kegelisahan hari ini terkait euphoria kesepakatan perdagangan sudah dekat. Kenyataannya masih panjang diskusi antara AS dan China," ujar Jon Mackay, Investment Strategis Schroders.

11 sektor saham masuk indeks saham S&P 500 pun melemah kecuali sektor saham energI. Sektor saham real estate, kesehatan dan teknologi membukukan persentase kerugian terbesar.

Adapun saham Home Depot Inc tergelincir 1,6 persen usai perseroan memperkirakan penjualan untuk produk musim semi melambat terutama  lantaran musim dingin yang panjang. Sedangkan saham Lowe’s Companies Inc susut satu persen.

Volume perdagangan di wall street tercatat 6,6 miliar saham. Rata-rata perdagangan saham itu di bawah rata-rata perdagangan saham selama 20 hari perdagangan terakhir sekitar 6,67 miliar saham.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya