Liputan6.com, Jakarta - PT Wika Realty menunda pelaksanaan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada semester I 2018. Hal itu lantaran kondisi pasar saham yang belum mendukung.
“Benar IPO Wika Realty ditunda karena situasi pasarnya masih belum mendukung. Dan sesuai arahan pemegang saham ditunda untuk diinject aset lagi supaya lebih besar prosednya,” ujar Direktur Utama PT Wika Realty, Agung Salladin saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (23/5/2018).
Perseroan juga telah melakukan analisis internal sehingga menjadi pertimbangan untuk menunda IPO. Pertama, kondisi makro ekonomi Indonesia masih kuat secara fundamental. Ini dilihat dari pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lebih rendah dibandingkan dengan mata uang negara lain.
Advertisement
Baca Juga
Kedua, indikator pertumbuhan penjualan semen, motor, mobil, ritel, kredit dan investasi masih positif. Ketiga, koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dilihat sebagai kondisi koreksi siklikal rata-rata price earning ratio (PER) 15,3 kali sehingga masih relatif murah dibandingkan bursa saham lainnya. Selain itu, Agung menuturkan, taksiran pertumbuhan laba masih diprediksi 11,2 persen.
“Penundaan IPO Wika Realty langkah tepat saat market sedang koreksi. Strategi bisnis dan penambahan aset yang tepat akan hasilkan IPO lebih baik pada semester II 2018,” ujar dia.
Agung menegaskan, persiapan IPO tetap berjalan meski tertunda. Diharapkan IPO dapat terlaksana pada semester II 2018. Sebelumnya perseroan akan melepas maksimal 25 persen saham ke publik.Perseroan memakai laporan keuangan Desember 2017.
IHSG Bergejolak, Tiga Perusahaan Tunda IPO
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat mengatakan, sejauh ini sudah ada tiga perusahaan yang menunda untuk mencatatkan saham di bursa saham. Perusahaan tersebut antara lain PT Harvest Time, PT Artajasa Pembayaran Elektronics dan PT Wahana Vinyl Nusantara.
"Ada (yang tunda IPO). Itu (tiga perusahaan). Yang lain belum ada (yang memutuskan menunda)," ujar dia di Gedung BEI, Jakarta, Rabu 16 Mei 2018.
Dia mengungkapkan, masing-masing perseroan memiliki alasan sendiri untuk menunda pelaksaan IPO. Salah satu soal kondisi pasar saham saat ini.
"Artajasa itu lebih pada peraturan BI (Bank Indonesia). Kemudian yang Harvest itu enggak tahu kenapa. Wahana Vinyl mungkin ke masalah market," kata dia.
Namun demikian, Samsul masih yakin jika kondisi saat ini tidak akan separah pada 2014-2015. Pada 2014 sebanyak 10 perusahaan memutuskan untuk menunda IPO. Menurut dia, kondisi pasar saham saat ini masih lebih baik.
"Saya kira belum sejauh itu. Bayangan saya enggak sejauh itu, karena kalau lihat kekuatan di marketsekarang, penurunan diimbangi dengan masuknya investor yang masuk untuk mengambil saham-saham yang turun. Jadi kalau kita lihat saham pengerek harga merah semua, cuma sore hari reboundlagi," kata dia.
Samsul juga berharap di sisa waktu tahun ini tidak ada lagi perusahaan yang menunda untuk melakukan IPO. Sebab, proses untuk bisa IPO juga terhitung tidak mudah.
"Mudah-mudahan enggak ada (lagi). Karena mereka prosesnya sudah panjang, enggak tahun ini nyiapinnya. mungkin setahun dua tahun lalu. Mereka sudah cari investor qualified. Jadi anchor investornya, tahu industri, tahu perkembangan perusahaan. Mereka sudah yakin bakal masuk," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement