Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) basih betah di zona merah pada penutupan perdagangan Selasa ini.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (14/8/2018), IHSG anjlok 91,37 poin atau 1,56 persen ke posisi 5.769,87. Indeks saham LQ45 juga melemah 2,18 persen ke posisi 903,085. Seluruh indeks saham acuan memerah.
Sebanyak 266 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Selain itu, 114 saham menguat dan 110 saham diam di tempat.
Advertisement
Pada perdagangan hari ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.890,98 dan terendah 5.744,57.
Baca Juga
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 407.907 kali dengan volume perdagangan saham 11 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,1 triliun.
Investor asing jual saham Rp 747,91 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) di posisi Rp 14.572.
Sebagian besar saham berada di zona merah. Hanya ada satu yang menghijau yaitu 0,71 persen. Sektor saham anerka industri melemah 3,4727 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur tergelincir 2,81 persen dan sektor saham barang konsumsi melemah 2,83 persen.
Saham-saham yang mampu menguat di tengah tekanan IHSG antara lain saham FILM naik 23,03 persen ke posisi 935 per saham, saham SQMI menguat 22,32 persen ke posisi 274 per saham, dan saham GOLD mendaki 18,36 persen ke posisi 535 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham HDFA merosot 20,34 persen ke posisi 141 per saham, saham GLOB susut 18,18 persen ke posisi 180 per saham, dan saham PTBA melemah 14,23 persen ke posisi 4.160 per saham.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sesuai Prediksi Analis
Pelemahan IHSG ini sesuai dengan prediksi para analis. Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi berpendapat, krisis yang berlangsung di Turki merambat ke pasar global. Anjloknya mata uang Turki, Lira, mengingatkan investor tentang krisis masa lalu di pasar negara berkembang dan mengguncang pasar di seluruh dunia.
"Kekhawatiran investor mengenai efek derasnya aliran dana asing yang keluar pada pasar negara berkembang akibat krisis di Turki menjadi faktor utama," ujarnya.
Analis PT Kresna Securities William Mamudi mengatakan, IHSG pada sepekan ini patut diamati mengingat krisis Turki dan ketidakpastian global yang terjadi.
"Dari sisi teknikal, IHSG tertahan di bawah resisten 6.100, ini juga memperkuat risiko akan aksi profit-taking jika tidak terjadi breakout," tuturnya.
Advertisement