Investor Pasar Modal Capai 1,617 Juta di Akhir 2018

Jumlah pemodal sebanyak 1,17 juta tersebut terdiri dari investor saham, surat utang, reksadana, Surat Berharga Negara (SBSN), dan efek lain yang tercatat di KSEI.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Des 2018, 17:21 WIB
Diterbitkan 27 Des 2018, 17:21 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Total jumlah investor di Pasar Modal Indonesia mencapai 1,617 juta hingga akhir 2018. Angka ini naik 44,06 persen dibandingkan 1,122 juta investor per Desember 2017.

Catatan itu mengacu data Single Investor Identification (SID) terkonsolidasi perseroan per 26 Desember 2018.

Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)  Friderica Widyasari mengatakan, jumlah pemodal sebanyak 1,17 juta tersebut terdiri dari investor saham, surat utang, reksadana, Surat Berharga Negara (SBSN), dan efek lain yang tercatat di KSEI.

"Yang menggembirakan, investor usia muda di bawah 30 tahun atau milenial mencapai 39,72 persen, naik dibandingkan tahun lalu sekitar 28 persen," ungkap dia dalam acara media gathering di Hard Rock Cafe, Jakarta, Kamis (27/12/2018).

Dari total investor di pasar modal selama periode Januari hingga 26 Desember 2018, lanjut Friderica, jumlah pemodal di saham mencapai 851.662 SID. Adapun investor reksadana dan SBN masing-masing sebesar 988.946 dan 195.119. "Sisanya adalah investor saham scrip," terangnya.

Adapun total aset investor yang tercatat di C-BEST hingga 26 Desember 2018, mencapai Rp 4.149,06 triliun. Itu terdiri dari investor saham Rp 3.501 triliun, obligasi korporasi Rp 400,93 miliar, obligasi pemerintah Rp 77,04 triliun, MTN Rp 74,19 triliun, SBSN Rp 30,42 triliun.

Kemudian sukuk Rp 23,30 triliun, negotiable certificate of deposit Rp 14,83 triliun, reksadana Rp 10,44 triliun, EBA Rp 9,84 triliun, waran Rp 6,02 triliun dan lain-lain Rp 0,38 triliun.

"Dari jumlah tersebut, investor di Indonesia masih terpusat di pulau Jawa sebanyak 73.50 persen dengan total nilai aset mencapai 95,96 persen. Investor terbanyak kedua ada di pulau Sumatera sebanyak 14,49 persen," ujarnya.

Mengacu pada sebaran investor secara demografi, total aset pemodal yang berada di Jawa sebesar Rp 2.118,13 triliun, Sumatera Rp 33,68 triliun, Kalimantan Rp 46,51 triliun, Sulawesi Rp 4,26 triliun, Bali, NTT dan NTB Rp 3,45 triliun serta Mauluku dan Papua Rp 1,27 triliun.

"Sementara dari jenis kelamin sebesar 59,13 persen adalah investor pria dan 40,87 persen wanita," papar Friderica.

 

 

Sri Mulyani Ingin 1.000 Perusahaan Catatkan Saham di BEI

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengapresiasi 50 perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2018.

Dengan demikian, ada 600 perusahaan yang secara resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal tersebut.  Sri Mulyani berharap dalam waktu dekat 1.000 perusahaan akan melepas saham perdana ke publik atau Initial Public Offering (IPO).

Oleh karena itu, pihaknya akan menyiapkan sejumlah regulasi pendukung dan merevisi aturan yang dianggap kurang memadai dengan kondisi terkini. 

"Saya menginginkan nanti kalau bisa suatu saat Indonesia bisa capai 1.000 dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bisa enggak? Saya rasa bisa. Saya anggap Anda semua-nya bisa punya potensi untuk bisa listed," ujarnya saat memberi paparan di acara Ceo Network, Jakarta, Senin (3/12/2018).

Sri Mulyani mengatakan, salah satu kebijakan yang akan dikaji adalah pemberian intensif perpajakan bagi perusahaan. Pihaknya pun akan melihat bagaimana dampak kebijakan insentif pajak saat ini mampu menarik perusahaan. 

"Sebetulnya yang dilakukan selama ini melalui perpajakan kita akan memberikan supaya mereka lebih listed dengan tax perubahan supaya mereka bisa," tutur dia.

"Kita evaluasi sepanjang satu tahun ini, tahun ini cukup banyak. Concern-nya bukan cuma itu saja. Nanti kita lihat. Tapi saya tentu mendorong para perusahaan-perusahaan itu untuk listed. Karena itu baik bagi perekonomian kita," sambungnya.  

Sri Mulyani menambahkan, ruang melakukan revisi aturan lama masih terbuka. Jadi ke depan, bisa disesuaikan dengan tantangan pasar modal terkini. 

"Direvisi selalu kita terbuka untuk seluruh policy perpajakan yang selama ini sudah kita lakukan dan sudah memiliki periode yang cukup panjang kita akan lihat efektivitas nya. Apakah masih diperlukan atau tidak apakah perlu dimodifikasi berdasarkan tantangan sekarang ini," ujar dia.  

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya