S&P 500 Cetak Rekor Tertinggi, Saham Alfabet Tertekan

S&P 500 telah naik lebih dari 17 persen sepanjang tahun ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 30 Apr 2019, 05:29 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2019, 05:29 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks saham S&P 500 mencetak rekor tertinggi pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta) memperkuat pandangan bahwa pasar saham tengah bullish. Kenaikan indeks acuan di bursa saham Amerika Serikat (AS) ini terjadi setelah angka belanja konsumen menguat dan data inflasi tidak terlalu berbahaya.

Mengutip Reuters, Selasa (30/4/2019), Dow Jones Industrial Average naik 11,06 poin atau 0,04 persen menjadi 26.554,39. Untuk S&P 500 naik 3,15 poin atau 0,11 persen menjadi 2.943,03. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 15,46 poin atau 0,19 persen menjadi 8.161,85.

Indeks S&P 500 mencapai rekor tertinggi dalam perdagangan intraday dari 2.940,91 yang dicetak pada 21 September, naik ke tertinggi di 2.949,52 pada perdagangan Senin pekan terakhir April 2019 ini.

S&P 500 telah naik lebih dari 17 persen sepanjang tahun ini. kenaikan ini berbarengan dengan Nasdaq yang membukukann rekor penutupan tertinggi pada Senin.

Harapan adanya titik temu dari pembicaraan perang perdagangan AS-China, pendapatan perusahaan atau emiten yang membaik, dan langkah the Federal Reserve atau Bank Sentral AS yang dovish telah mendukung reli di pasar saham pada tahun ini.

Analis The Leuthold Group, Jim Paulsen, mengatakan bahwa bursa saham AS mengalami kenaikan pelan-pelan dengan semua dukungan sentimen yang ada. "Pelaku pasar terus melakukan aksi beli tetapi dalam jumlah yang kecil," jelas dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Data Ekonomi

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Departemen Perdagangan AS mengeluarkan laporan bahwa pengeluaran konsumen meningkat paling besar dalam lebih dari 9 tahun di bulan Maret. Namun memang angka inflasi utama mencatat kenaikan tahunan terkecil dalam 14 bulan.

Inflasi yang jinak mendukung keputusan the Fed baru-baru ini untuk menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini.

Di luar itu, pembicaraan perdagangan AS dengan China memasuki babak terakhir. Para negosiator AS menuju ke China pada hari Selasa untuk mencoba menjelaskan rincian penyelesaian perang dagang yang berlangsung berlarut-larut antara kedua negara.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dalam sebuah wawancara televisi yang ditayangkan pada hari Senin, mengatakan ia berharap bahwa perundingan terbaru antara AS dan China dapat mencapai kesepakatan.

"Ini benar-benar mengisyaratkan perjanjian perdagangan sudah dekat," kata Rick Meckler, analis Cherry Lane Investments.

"Orang-orang tidak mau ketinggalan reli yang diharapkan dari berita itu." tambah dia.

 


Kinerja Saham

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Saham Alphabet Inc, induk usaha Google turun 7,2 persen setelah melaporkan pendapatan di bawah target Wall Street.

Apple Inc akan melaporkan pada hari Selasa.

Saham Ingersoll-Rand melonjak 6,5 persen setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa Gardner Denver Holdings Inc hampir menyelesaikan kesepakatan untuk mengakuisisi unit pembuat pendingin udara.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya