China Balas Tindakan AS, Wall Street Merosot Tajam

Ketiga indeks utama di Wall Street kehilangan pijakan yang cukup dalam.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Mei 2019, 05:17 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2019, 05:17 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pelemahan ini terjadi usai China kembali menantang Amerika Serikat (AS) dengan mengumumkan tarif balasan. Perang dagang kedua negara yang semakin agresif ini memaksa investor untuk menyelamatkan aset-asetnya dari pasar saham untuk mengurangi risiko.

Mengutip Reuters, Selasa (14/5/2019), Dow Jones Industrial Average turun 617,38 poin atau 2,38 persen menjadi 25.324,99. Untuk S&P 500 kehilangan 69,53 poin atau 2,41 persen menjadi 2.811,87. Sedangkan Nasdaq Composite turun 269,92 poin atau 3,41 persen menjadi 7.647,02.

Ketiga indeks utama di Wall Street atau di bursa saham utama di AS ini kehilangan pijakan yang cukup dalam. Indeks Nasdaq yang sebagian besar diisi oleh saham-saham teknologi membukukan persentase penurunan satu hari terbesarnya tahun ini.

Sedangkan untuk indeks S&P 500 dan Dow Jones keduanya mengalami penurunan persentase terbesar sejak 3 Januari.

Otoritas China mengatakan akan mengenakan tarif lebih tinggi pada barang-barang dari AS senilai USD 60 miliar meskipun Presiden Donald Trump memperingatkan untuk tidak membalas terhadap tarif tambahan impor yang diberikan AS ke produk China. Langkah China ini akan dilakukan tepat pada 1 Juni nanti.

Untuk diketahui, Pada Jumat lalu Gedung Putih mengumumkan menaikkan tarif barang impor dari China dari semula hanya 10 persen menjadi 25 persen.

Langkah saling berbalas kenaikan tarif barang impor ini memicu kekhawatiran penurunan ekonomi global sehingga langsung berdampak di Wall Street.

"Pelaku pasar menyadari bahwa ini adalah gangguan perdagangan yang mutlak. Seluruh pembicaraan dan semuanya yang telah dilakukan ternyata berjalan mundur," kata Kepala Analis Pasar Modal JonesTrading, Greenwich, Connecticut, Michael O'Rourke.

"Ini bisa sangat buruk. Akan ada banyak ketidakpastian. Ini bisa mengarah pada perlambatan ekonomi lebih lanjut," O'Rourke menambahkan.

Saat ini, investor melarikan dana-dananya dari pasar saham ke instrumen save haven. Akibatnya, harga emas mampu mendekati level tertiggi dalam 3 bulan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kinerja Saham

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Dari 11 sektor utama pembentuk indeks S&P 500, hanya sektor utilitas yang mampu mengakhiri sesi di zona hijau. Perusahaan-perusahaan teknologi yang sensitif terhadap perdagangan mengalami penurunan persentase terbesar.

Di antara saham yang sangat rentan terhadap perang dagang ini, Boeing Co turun 4,9 persen dan Caterpillar Inc turun 4,6 persen. Sementara indeks Philadelphia Chip turun 4,7 persen, yang merupakan persentase penurunan terbesar sejak 3 Januari dan memperpanjang penurunan 6 persen sejak minggu lalu.

Saham Apple Inc merosot 5,8 persen karena peningkatan ganda ketegangan perdagangan dan keputusan Mahkamah Agung AS untuk mengizinkan gugatan antimonopoli yang menuduh perusahaan tersebut memonopoli pasar aplikasi iPhone.

Uber Technologies Inc memperpanjang penurunannya, turun 10,8 persen pada hari kedua sebagai perusahaan publik setelah debut yang mengecewakan pada hari Jumat.

Saham Tesla Inc turun 5,2 persen ke level terendah dalam lebih dari dua tahun.

China Dongkrak Tarif Impor Produk AS Mulai 1 Juni

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

China membalas langkah Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya menaikkan tarif impor produk China.

Hal itu menimbulkan ketegangan perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar tersebut.

Pemerintahan China menyatakan akan menaikkan tarif impor produk AS senilai USD 60 miliar atau sekitar Rp 866,11 triliun (asumsi kurs Rp 14.435 per dolar AS) mulai 1 Juni 2019.

Pemerintahan China akan menaikkan tarif barang AS lebih dari 5.000 produk. Kenaikan tarif mencapai 25 persen. Adapun sejumlah produk lainnya akan naik menjadi 20 persen. Tarif ini naik dari sebelumnya 5 persen hingga 10 persen. 

Langkah ini ikuti AS yang Jumat pekan lalu menaikkan tarif impor produk China senilai USD 200 miliar. Tarif tersebut naik dari 10 persen menjadi 25 persen.

Pemerintahan AS bergerak meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan China setelah berbulan-bulan gagal hasilkan terobosan dalam negoisasi perdagangan.

Langkah China tersebut berdampak terhadap pergerakan bursa saham AS. Indeks saham utama AS dibuka melemah dua persen pada pembukaan perdagangan saham seiring ketegangan perang dagang antara China dan AS.

Usai meningkatkan tarif impor produk China pada Jumat pekan lalu, pemerintahan AS mengatakan, kalau pemerintahan China mundur dari perjanjian perdagangan yang berkembang.

Kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan pada pertemuan pekan lalu di Washington, AS.

Trump yang mengeluh soal pencurian kekayaan intelektual, transfer teknologi paksa, dan defisit perdagangan mendorong China untuk membuat kesepakatan menjelang pembalasannya pada Senin pagi waktu setempat.

Dalam akun media sosial, Trump mengunggah status kalau tarif itu "sangat buruk bagi China". Ia menuturkan, China seharusnya tidak membalas karena hanya akan menjadi lebih buruk. "Anda memiliki banyak hal, hampir selesai, dan Anda mundur," tulis Trump mengenai China dan Presiden China Xi Jinping.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya