Bangun Pabrik Baru USD 380 Juta, Chandra Asri Raih Insentif Pajak

PT Chandra Asri Petrochemical memperoleh pembebasan pajak atas investasi pabrik polyethylene baru senilai USD 380 juta.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Jun 2019, 19:15 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2019, 19:15 WIB
Pajak
Ilustrasi Foto Pajak (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - PT Chandra Asri Petrochemical (CAP), anak usaha PT Barito Pacifik Tbk (BRPT) memperoleh pembebasan pajak atas investasi pabrik polyethylene baru senilai USD 380 juta.

Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (10/6/2019), fasilitas pembebasan pajak untuk pabrik tersebut terdiri dari pengurangan pajak penghasilan perusahaan sebesar 100 persen untuk 10 tahun pertama setelah dimulainya produksi komersial.

Diikuti dengan pengurangan sebesar 50 persen untuk dua tahun berikutnya. Perseroan juga memperoleh pembebasan pemungutan pajak yang dilakukan pihak ketiga untuk periode 10 tahun.

"Kami menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Keuangan atas dukungan berkelanjutan terhadap ekspansi kami. Fasilitas pembebasan pajak mencerminkan kepercayaan pemerintah terhadap industri petrokimia serta upaya kerja sama dengan sektor swasta untuk mendorong investasi dan pertumbuhan," ujar Presiden Direktur CAP, Erwin Ciputra.

Insentif pajak akan mendukung ekspansi Chandra Asri Petrochemical untuk menambah kapasitas Polyethylene sekitar 400 KT/tahun yang akan meningkatkan kapasitas saat  ini sebesar 336 KT/tahun lebih dari dua kali lipat.

Pabrik baru itu akan memproduksi high density polythyelene (HDPE), linear low density polyethylene (LLDPE), dan metallocene LLDPE (MLLDPE).

Didukung eksekusi yang prima, konstruksi berjalan sesuai rencana dengan mencapai penyelesaian sebesar 97 persen pada April 2019, dan sesuai target memulai produk komersial pada kuartal IV 2019.

"Pabrik polyethylene baru tersebut telah memperoleh fasilitas kredit ekspor dari Japan Bank for International Cooperation (JIBC) yang mencerminkan pengakuan atas praktik lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan yang baik," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kurangi Pembayaran Valuta Asing

Pajak
Ilustrasi Foto Pajak (iStockphoto)

Penyelesaian pabrik itu akan meningkatkan total kapasitas produksi polyethylene CAP menjadi 736 KT/tahun. Ini sejalan dengan strategi perseroan untuk memperkuat keunggulan posisi pasarnya di Indonesia.

Sebagai pemain domestik, CAP menawarkan berbagai keuntungan bagi pelanggan dengan menjamin ketersediaan pasokan, waktu tenggang yang lebih singkat, siklus modal kerja lebih baik dan dukungan teknis.

"Indonesia saat ini membutuhkan 1,4 juta ton/tahun polyethylene untuk memenuhi permintaan domestik, di mana 45 persennya masih dipasok oleh impor. Dengan pertumbuhan PDB yang terus berlanjut, permintaan akan terus meningkat," kata dia.

Pabrik polyethylene baru akan meningkatkan polyethyelene domesik, mendukung substitusi impor dan berkontribusi untuk kurangi kebutuhan pembayaran valuta asing.

Chandra Asri Bangun Kompleks Petrokimia

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

Sebelumnya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), melalui anak usahanya yaitu PT Chandra Asri Perkasa (CAP2) menanamkan investasi hingga USD 5 miliar guna membangun kompleks petrokimia di Cilegon, Banten.

Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra mengatakan, fasilitas produksi ‎CAP2 ditargetkan bisa beroperasi secara komersial ‎pada 2024.

"Ini adalah langkah lanjutan bagi kami untuk memenuhi permintaan produk petrokimia Indonesia. Dengan total investasi sekitar USD 4 miliar-USD 5 miliar, kompleks petrokimia kedua kami akan menjadi salah satu produsen Olefin dan Polyolefin terbesar di Indonesia,” ujar dia di Jakarta, Sabtu, 8 Desember 2018.

Kompleks kedua ini akan menghasilkan 1.1 MMTA Ethylene, 600 KTA Propylene, 160 KTA Butadiene, 335 KTA Benzene, 450 KTA HDPE, 300 KTA LDPE dan 450 KTA PP untuk operasi setahun penuh.

"Chandra Asri Petrochemical, saat ini, adalah produsen petrokimia terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar sekitar 52 persen untuk Olefin, 24 persen untuk Polyethylene‎ dan 29 persen untuk Polypropylene‎ untuk pasar domestik," ungkap dia.

Gandeng Lummus

Untuk pengerjaan detailed engineering kompleks kedua ini, Chandra Asri menunjuk Lummus Technology atas desain pemanas Ethylene menggunakan teknologi Lummus’ Short Residence Time (SRT) VII cracking heaters.

Menurut Erwin, teknologi ini memungkinkan pabrik Olefin untuk memiliki hasil yang lebih tinggi, kinerja pabrik yang andal, pengurangan emisi, serta biaya operasi dan konsumsi pakan yang lebih rendah. Pada awal April lalu, Lummus Technology telah ditunjuk untuk lisensi dan desain teknik dasar atas kompleks petrokimia kedua.

"Menjadi salah satu penyedia teknologi terdepan di dunia, kami optimistis Lummus Technology akan membantu kami mencapai pabrik yang dapat diandalkan dan kompetitif,” tandas dia.

Sebagai informasi, CAP merupakan salah satu perusahaan petrokimia terintegrasi di Indonesia yang memproduksi olefins dan polyolefins di Cilegon dan Serang, Banten.

Perseroan merupakan satu-satunya produsen yang mengoperasikan naphtha cracker, dan juga produsen domestik tunggal ethylene, styrene monomer dan butadiene.

CAP menghasilkan bahan baku plastik dan kimia yang digunakan untuk produk kemasan, pipa, otomotif, elektronik dan lain-lain.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya