Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi Waktu Jakarta) karena ketegangan di Iran terus berlanjut. Selain itu, janji OPEC untuk melanjutkan pemotongan produksi juga menjadi alasan lain kenaikan harga minyak.
Mengutip Reuters, Sabtu (6/7/2019), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup di level USD 64,23 per barel, naik 93 sen, atau 1,47 persen. Untuk harg aminyak West Texas Intermediate (WTI) AS menetap di USD 57,51 per barel, naik 17 sen.
Advertisement
Baca Juga
Jika ditilik dalam hitungan mingguan, harga minyak yang menjadi acuan dunia ini mengalami penurunan karena kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global yang kemungkinan akan mempengaruhi permintaan minyak mentah.
Harga minyak Brent mencatat kerugian mingguan 3,3 persen dan WTI merosot sekitar 1,8 persen.
Perang perdagangan AS-China telah mengurangi prospek pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak, tetapi pembicaraan perang dagang tersebut akan dilanjutkan pekan depan dalam upaya untuk mengatasi kebuntuan.
"Kompleksitas perang dagang ini mulai digerakkan di awal pekan dengan memuncaknya ekspektasi perlambatan ekonomi global yang akan memengaruhi permintaan minyak sehingga menekan harga minyak," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.
Saksikan video pilihan berikut ini:
OPEC dan Iran
Organisasi negara pengekspor minyak dan produsen sekutu seperti Rusia, yang dikenal sebagai OPEC +, terus mendorong kenaikan harga dengan melanjutkan kesepakatan mereka pada pengurangan pasokan.
Ketegangan di Timur Tengah juga menawarkan dukungan, terutama kepada Brent. "Brent menilai risiko geopolitik lebih banyak daripada WTI," kata Phil Flynn, analis dari Price Futures Group di Chicago.
Iran mengancam akan menangkap kapal Inggris setelah pasukan Inggris menangkap sebuah kapal tanker Iran di Gibraltar atas tuduhan kapal itu melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.
"Jika Inggris tidak melepaskan tanker minyak Iran, itu adalah kewajiban pihak berwenang untuk merebut tanker minyak Inggris," tulis seorang Komandan Pengawal Revolusi di Twitter.
Advertisement