Bursa Asia Melonjak Usai The Fed Umumkan Stimulus

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang diperdagangkan 1,19 persen lebih tinggi.

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Mar 2020, 08:45 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2020, 08:45 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia melonjak pada pembukaan perdagangan Selasa pagi karena beberapa bank sentral termasuk Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menggelontorkan stimulus. Langkah tersebut untuk memerangi dampak ekonomi akibat virus Corona Covid-19.

Mengutip CNBC, Selasa (24/3/2020), Nikkei 225 Jepang memimpin kenaikan di antara pasar utama di kawasan Asia Pasifik dengan melonjak 4,52 persen dalam perdagangan pagi. Saham Fast Retailing dan Softbank Group masing-masing melonjak 6,38 persen dan 18,14 persen.

Di Korea Selatan, Kospi juga naik 3,77 persen. Sementara itu, saham di Australia S&P/ASX 200 pada perdaganga pagi ini naik sekitar 2,6 persen.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang diperdagangkan 1,19 persen lebih tinggi.

The Fed mengumumkan program pembelian aset terbuka pada hari Senin. Bank sentral AS ini mengatakan bahwa program tersebut akan berjalan dalam jumlah yang diperlukan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar dan transmisi kebijakan moneter yang efektif.

"The Fed telah berkomitmen untuk membeli utang, tidak hanya sekuritas yang didukung hipotek pemerintah dan perumahan tetapi sekarang untuk pertama kalinya hipotek komersial," jelas kepala analis valuta asing National Australia Bank, Ray Attrill.

"Tidak seperti krisis keuangan global dulu, batasan kuantitatif sekarang tidak terbatas," lanjut Attrill.

 

Dow Jones Anjlok 3 Persen Usai RUU Stimulus Fiskal Gagal Disetujui

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, Wall Street atau bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada penutupan perdagangan Senin karena anggota parlemen AS gagal menyetujui pemberian stimulus fiskal yang diajukan oleh pemerintah. Srimulus tersebut untuk mengurangi pelemahan ekonomi dampak dari penyebaran virus Corona.

Saat ini pembicaraan mengenai stimulus tersebut masih terus berlangsung tetapi sebagian besar investor tak bisa menunggu terlalu lama karena dampak kerusakan ekonomi semakin membesar.

Mengutip CNBC, Selasa (24/3/2020), Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup 582,05 poin lebih rendah atau turun 3,1 perse ke level 18.591,93. Ini merupakan level penutupan terendah sejak November 2016.

Sedangkan untuk S&P 500 turun 2,9 persen menjadi 2.237,40. Nasdaq Composite turun hanya 0,3 persen ke level 6.860,67 karena investor ta terlalu besar melepas saham-saham teknologi.

Untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam, sebuah RUU berisi rencana pemberian stimulus fiskal raksasa untuk merangsang ekonomi gagal masuk ke pembicaraan final antara pemerintah dan parlemen.

Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan kepada Jim Cramer dari CNBC bahwa Kongres sudah siap untuk menyelesaikan paket kebijakan fiskal tersebut dan harus segera didorong maju hari ini.

"Kami menggunakan sebagian dana yang kami miliki, tetapi kami membutuhkan Kongres untuk menyetujui dana tambahan sehingga kami dapat bergerak maju dan mendukung pekerja Amerika dan ekonomi Amerika," kata Mnuchin.

Kegagalan pembicaraan stimulus di Senat AS sangat menekan Wall Street, bahkan meskipun Federal Reserve telah mengumumkan stimulus moneter dengan program pembelian aset.

Bank sentral AS mengatakan program tersebut akan berjalan dalam jumlah yang diperlukan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar dan transmisi kebijakan moneter yang efektif ke kondisi keuangan dan ekonomi yang lebih luas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya