Bursa Saham AS Anjlok Usai Donald Trump Batalkan Negosiasi Stimulus Ekonomi

Saham berjangka AS bergerak lebih rendah dalam perdagangan semalam pada hari Selasa

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Okt 2020, 06:30 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2020, 06:30 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Saham berjangka AS bergerak lebih rendah dalam perdagangan semalam pada hari Selasa setelah Presiden Donald Trump membatalkan pembicaraan stimulus hingga setelah pemilihan November.

Dikutip dari CNBC, Rabu (7/10/2020), indeks saham Dow berjangka turun 60 poin. S&P 500 futures dan Nasdaq 100 futures masing-masing turun 0,28 persen dan 0,2 persen.

Dalam perdagangan reguler pada hari Selasa, Dow Jones Industrial Average ditutup turun 375 poin setelah Trump men-tweet Gedung Putih menghentikan pembicaraan dengan Demokrat tentang kesepakatan stimulus virus corona kedua. Di awal sesi, saham-saham menguat dengan harapan akan ada paket bantuan kedua untuk menopang pasar saat wabah virus korona merebak.

"Saya telah menginstruksikan perwakilan saya untuk berhenti bernegosiasi sampai setelah pemilihan, segera setelah saya menang, kami akan mengesahkan RUU Stimulus utama yang berfokus pada pekerja keras Amerika dan Bisnis Kecil," kata Trump dalam tweet pada hari Selasa.

Indeks saham S&P 500 kehilangan 1,4 persen dan Nasdaq Composite turun 1,57 persen pada hari Selasa.

“Ini sangat mengganggu,” Tom Block, ahli strategi kebijakan Washington di Fundstrat, mengatakan kepada CNBC. “Tidak boleh ada presiden. Pandangan saya adalah ini negatif untuk pasar," tambahnya

Beberapa orang di Wall Street berspekulasi bahwa langkah Trump hanyalah taktik negosiasi, sementara yang lain berhipotesis bahwa presiden benar-benar tidak berpikir tentang ekonomi yang membutuhkan USD 2 triliun lagi untuk pengeluaran fiskal.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pernyataan Gubernru Bank Sentral AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada Selasa bahwa ekonomi membutuhkan stimulus fiskal dan moneter yang lebih agresif untuk pemulihan ekonomi yang katanya masih memiliki "jalan panjang."

Powell mengatakan kurangnya dukungan dapat menyebabkan pemulihan yang lemah, menciptakan kesulitan yang tidak perlu bagi rumah tangga dan bisnis dan menggagalkan pemulihan yang sejauh ini telah berkembang lebih cepat dari yang diharapkan. “Sebaliknya, risiko berlebihan tampaknya, untuk saat ini, menjadi lebih kecil,” tambah Powell.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan pada Selasa malam bahwa akhir pembicaraan stimulus berarti pemulihan ekonomi akan "jauh lebih lambat" dari perkiraan semula.

Komite Pasar Terbuka Federal akan menerbitkan risalah rapatnya dari pertemuan September pukul 2 siang pada hari Rabu. FOMC tidak melakukan tindakan pada suku bunga pada bulan September, sehingga mendekati nol.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya