Terangkat Euforia Vaksinasi COVID-19, Bagaimana Valuasi Saham Emiten Farmasi?

Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 12 Januari 2021, sejumlah saham emiten farmasi melonjak.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Jan 2021, 18:15 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2021, 18:15 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah saham emiten farmasi melejit seiring dengan sentimen vaksinasi COVID-19 yang akan dilakukan pada 13 Januari 2021.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 12 Januari 2021, sejumlah saham emiten farmasi melonjak. Saham emiten farmasi yang menguat antara lain saham PT Indofarma Tbk (INAF) naik 11,60 persen ke posisi Rp 6.975 per saham, saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menguat 8,14 persen ke posisi Rp 6.975 per saham.

Kemudian saham PT Phapros Tbk (PEHA) menguat 6,02 persen ke posisi Rp 2.640 per saham, dan saham PT Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC) mendaki 3,02 persen ke posisi Rp 2.050 per saham. Namun, saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) justru melemah 4,55 persen ke posisi Rp 1.680 per saham.

Sehubungan dengan hal ini, Head Of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menuturkan, price earning ratio (PER)  industri farmasi berada di level 25,08 kali.  

PER ini salah satu ukuran untuk analisis saham secara fundamental. PER membandingkan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan. Semakin besar nilai PER sebuah saham, semakin mahal saham tersebut.

"Secara current Price Earning to Ratio (PER), industri farmasi sebesar 25,08 kali. Earning yield annualize sebesar 4,16 persen dan current Price To Book value (PBV) sebesar 3,70 kali,” ujar Lanjar kepada Liputan6.com, Selasa (12/1/2021).

Dengan demikian, menurut Lanjar, emiten farmasi yang masih memiliki current PER, earning yield dan current PBV mendekati level industrinya, secara valuasi terbilang cukup murah.

"Dalam hal ini saya melihat KAEF, KLBF, TSPC dan INAF, yang masih cukup menarik adalah KLBF dan TSPC dari metode perbandingan valuasi tersebut," kata Lanjar.

 Lanjar merincikan kondisi fundamental KLBF secara valuasi memiliki current PER sebesar 30,43 kali. Sedangkan secara annualize dengan PBV sekitar 4,82 kali, mendekati valuasi industrinya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Emiten Farmasi

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara, PER TSPC sebesar 14,44 kali dan PBV 1,66 kali. Level ini juga dinilai sangat murah dibandingkan valuasi industrinya. 

"Prospek kinerja tentu menjanjikan di masa vaksinasi semua perusahaan farmasi yang akan diuntungkan. Terutama yang mendapat proyek vaksinasi dari pemerintah,” pungkas dia.

Adapun penguatan saham emiten farmasi ini di tengah program vaksinasi COVID-19. Program vaksinasi COVID-19 ini akan dilakukan di 34 provinsi dan menargetkan cakupan populasi hingga 181,5 juta orang.

Periode pertama berlangsung dari Januari-April 2021 dan akan memprioritaskan pada 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas publik yang ada di 34 provinsi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya