Sektor Konsumsi Bakal Tumbuh tapi Terbatas, Ini Penyebabnya

PT Sinarmas Sekuritas melihat daya beli masyarakat akan pulih pada 2021, tetapi masih terbatas. Hal ini pengaruhi sektor saham konsumsi.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Jan 2021, 09:30 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2021, 09:30 WIB
Ilustrasi Supermarket
Ilustrasi Supermarket (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Sinarmas Sekuritas melihat daya beli masyarakat pulih pada 2021 tetapi belum sepenuhnya. Pihaknya yakin pemulihan ekonomi akan bertahap dan kecepatan sedang. Lalu apa saja yang akan pengaruhi sektor saham konsumsi pada 2021? Apa saja saham pilihannya?

Hal ini juga akan didukung dari pengembangan vaksin COVID-19 sehingga juga berdampak terhadap konsumsi yang membuat industri fast moving consumer goods (FMCG) lebih baik. Namun, memang potensi daya beli belum akan kembali  sebelum pandemi COVID-19 pada 2021.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat antara lain terbatasnya peningkatan upah minimum provinsi, stimulus pemerintah terkait konsumsi berkurang, dan pengangguran bertambah karena pandemi COVID-19.

Terkait stimulus pemerintah, melihat dari APBN 2021, pemerintah Indonesia alokasikan Rp 408,8 triliun untuk  program perlindungan sosial.  Dari jumlah tersebut, anggaran bantuan sosial menjadi Rp 110,2 triliun.  Program pemulihan ekonomi nasional diperpanjang hingga 2021 untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Pemerintah akan terus menyediakan tambahan bantuan tunai kepada 10 juta keluarga hingga semester I 2021. Hal tersebut berdampak positif meski belum sepenuhnya mengimbangi dampak negatif dari pandemi COVID-19.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Upah Minimum Naik Terbatas dan Pengangguran

Ilustrasi Upah Buruh
Ilustrasi Upah Buruh (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Sentimen lainnya yang pengaruhi sektor saham konsumsi mengenai kenaikan upah minimum yang terbatas mengekang konsumsi. Pemerintah Pusat tidak menaikkan UMP pada 2021 karena ekonomi masih sulit saat pandemi COVID-19.

Meski demikian, sejumlah gubernur memutuskan sedikit menaikkan upah minum berkisar 2-5,7 persen, sedangkan sebagian besar provinsi tetap mempertahankan UMP. Lima provinsi yang menaikkan upah berkontribusi sekitar 45 persen untuk produk domestik bruto (PDB) nasional, 55 persen sisanya akan melihat tidak ada kenaikan UMP. “Oleh karena itu kami melihat konsumsi masih tetap lesu pada 2021,” dikutip dari riset PT Sinarmas Sekuritas.

Faktor lainnya yang pengaruhi daya beli dan sektor saham konsumsi pada 2021 yaitu tingkat pengangguran yang mungkin akan lebih tinggi. Pandemi COVID-19 membuat kenaikan pengangguran yang signifikan dan tingkat kemiskinan.

Pada 20 Agustus 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan 2,67 juta orang kehilangan pekerjaan, angka itu tertinggi terhadap total pengangguran 9,77 juta. Tingkat pengangguran 7,07 persen, dan tertinggi sejak 2011. Angka kemungkinan melonjak 9,78 persen pada Maret 2020.

Pemilik Bisnis Diharapkan Tetap Hati-Hati

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Sinarmas Sekuritas melihat, data terbaru mungkin menunjukkan pemulihan dalam aktivitas bisnis tertentu, tetapi butuh waktu sebelum kembali ke tingkat sebelum pandemi COVID-19.

PT Sinarmas sekuritas juga berharap pemilik bisnis tetap hati-hati, seiring ketidakpastian yang timbul dari pandemi COVID-19 tetap ada. Kondisi ini dapat berlanjut hingga vaksinasi massal COVID-19 dapat dilakukan.

Selain itu, penyerapan kembali tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan selama ini tidak akan optimal pada 2021.

Harga Komoditas Bakal Naik

Ilustrasi CPO 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Sektor bahan kebutuhan pokok menjadi salah satu berkinerja terbaik pada 2020. Pemain sektor ini mampu bertahan dan tumbuh terutama dalam pendapatan sambil menikmati margin seiring harga komoditas yang melemah antara lain CPO, gula, kopi dan gandum.

Akibatnya sektor tersebut dapat catat pertumbuhan pendapatan empat persen hingga sembilan bulan pertama 2020 dibandingkan dengan industri lain yang mencatat pendapatan turun tajam.

Namun, seiring perkembangan ekonomi global yang secara bertahap publik, sebagian besar harga komoditas sudah mulai bangkit.  Selain itu, pelaku usaha juga masih sulit untuk menaikkan rata-rata harga jual pada 2021.

Bagaimana Rekomendasi Sektor Saham Konsumsi

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dengan melihat kondisi dan faktor tersebut pada 2021, PT Sinarmas Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor konsumsi terutama bahan pokok.

Setelah terkena pandemi COVID-19, PT Sinarmas Sekuritas memperkirakan prospek lebih baik untuk industri FMCG meski pun pemulihan akan lebih ringan dari pada permintaan kuat. Seiring kenaikan daya beli dibatasi sejumlah faktor terutama pengangguran yang berkepanjangan karena pandemi COVID-19.

Adapun jadwal vaksinasi COVID-19 mungkin juga memainkan peran penting untuk memulihkan terutama produk di luar rumah tangga. Di sisi lain kekhawatiran kenaikan harga komoditas dapat menekan margin pada 2021.

Di antara sektor saham tersebut, PT Sinarmas Sekuritas memilih perusahaan yang memiliki merek yang kuat, distribusi nasional dengan kekuatan harga seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

PT Sinarmas Sekuritas juga memilih saham PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) karena didukung kinerja yang tangguh dan persaingan lebih baik. “Sementara itu kami memberikan rekomendasi add untuk PT Kalbe Farma Tbk karena akan terus berlanjut mendapatkan keuntungan dari produk yang berhubungan dengan kesehatan,” dikutip dari riset PT Sinarmas Sekuritas.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya