Fenomena Saham GameStop Jadi Perhatian Dunia

Keuntungan mencolok dari saham GameStop membuat iri para investor muda, sehingga beberapa pihak menyerukan untuk bersatu dan meniru rekannya di Amerika Serikat.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 30 Jan 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2021, 13:00 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan saham GameStop (GME), perusahaan video game secara signifikan menjadi perbincangan dan perhatian secara global, salah satunya terjadi di China.

Seperti dilansir CNN, Sabtu (30/1/2021), pembicaraan tentang lonjakan GameStop pengecer video game tersebut telah mengambil alih media sosial China.

Keuntungan mencolok dari saham tersebut membuat iri para investor muda, sehingga beberapa pihak menyerukan untuk bersatu dan meniru rekannya di Amerika Serikat untuk menaikkan harga saham perusahaan yang sedang berjuang.

"Pembuat pasar gemetar di depan investor ritel yang berkumpul bersama," tulis salah satu pengguna di situs media sosial Weibo. "Segera, ini akan menjadi giliran China," tulis yang lainnya.

Sebelumnya, milenial dan Gen Z di Amerika Serikat mengeluhkan hedge fund dan short-seller yang merupakan bagian dari elit Wall Street.

Sementara itu, banyak investor kecil di China berseru buruk atas apa yang mereka lihat sebagai eksploitasi pasar oleh institusi besar. Meski demikian, pasar keuangan Tiongkok sangat berbeda dengan New York. Short-selling di wilayah tersebut telah diatur, sehingga sulit bagi investor China untuk meniru hiruk pikuk AS yang telah memompa saham GameStop.

Namun, investor harian di China memiliki banyak pengaruh atas aktivitas pasar. Ada lebih dari 177 juta investor ritel, atau pedagang individu di sana. Angka tersebut, 99 persen dari basis investor, menurut statistik yang dikumpulkan oleh China Securities Depository and Clearing Corporation pada Desember.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Beda dengan Investor Institusional

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Secara teori, investor China dapat secara kolektif menaikkan harga saham individu dan kemudian membuangnya sebelum investor institusional melakukannya.

Akan tetapi, hal tersebut sangat sulit dilakukan, mengingat sumber daya dan pengetahuan yang dimiliki para pemetik saham kelas kakap. Selain itu, perusahaan institusional juga sangat fokus pada perdagangan panjang sehingga akhirnya bisa mendapatkan keuntungan dari lonjakan saham.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya