Upaya BEI Cegah Aksi 'Goreng' Saham

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan terus berupaya melakukan sosialisasi dan edukasi kepada investor sehingga meningkatkan pemahaman dan pengetahuan investasi saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Feb 2021, 06:29 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2021, 22:03 WIB
BEI Pamer Jumlah Emiten Baru Pecah Rekor
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi memamarkan penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (28/12). Inarno mengatakan, jumlah etimen tahun 2018 tertinggi sejak privatisasi BEI pada tahun 1992. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berupaya agar transaksi perdagangan saham dapat berjalan wajar, efisien dan transparan sehingga dapat mencegah aksi goreng saham.

"Kami diamanahkan dalam UU Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 sebagai penyelenggara perdagangan wajar, efisien dan transparan. Betul-betul jaga agar supaya perdagangan bukan goreng-menggoreng (saham-red),” ujar Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, dalam diskusi virtual, Kamis (11/2/2021).

Inarno menambahkan, upaya lain dilakukan dengan pengumuman unsual market activity (UMA) sehingga investor dapat mencermati perkembangan saham tersebut. Selain itu, BEI juga menerapkan suspensi atau penghentian sementara perdagangan saham dan memperketat pengawasan.

"Semua upaya kita lakukan agar investor tidak ikut-ikutan tanpa ada alasan dan terperosok. Kami ada UMA supaya investor cooling down tak ikut-ikutan dalam beberapa waktu tertentu,” kata Inarno.

Inarno menuturkan, perkembangan investor ritel di pasar saham Indonesia sesuatu luar biasa. Hal ini seiring nilai transaksi harian saham investor ritel dapat mengalahkan investor institusi.

Berdasarkan data BEI, transaksi harian saham Rp 20,5 triliun pada Januari 2021 dengan komposisi investor ritel sebanyak 69,5 persen, investor institusi domestik 13 persen dan institusi asing 17,5 persen. Sedangkan komposisi perdagangan investor pada 2020 antara lain investor ritel sebanyak 48,4 persen, institusi domestik 20,5 persen dan institusi asing sebanyak 31,2 persen.

"Perkembangan ritel luar biasa. Baru kali ini trading value ritel sudah bisa mengalahkan institusi," kata dia.

Meski demikian, Inarno menyatakan pihaknya juga terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada calon investor dan investor. Hal ini mengingat literasi di pasar modal lebih kecil dibandingkan sektor lain. Sosialisasi dan edukasi ini penting dilakukan sehingga investor memilih pemahaman dan pengetahuan investasi terutama di saham yang baik.

"Berdasarkan survei, literasi di pasar modal 5 persen, perbankan 40 persen. Untuk literasi memang belum. Kenaikan ritel begitu besar kalau tidak diikuti dengan literasi baik berbahaya,” ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Nilai Transaksi Harian Saham

20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah rekor pada awal 2021. Salah satunya rata-rata transaksi harian saham yang mencapai Rp 20 triliun hingga 5 Februari 2021.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono W.Widodo menyebutkan pada 2020 merupakan kebangkitan investor ritel. Ini ditunjukkan dari rata-rata transaksi harian saham mencapai Rp 9,2 triliun dan digerakkan investor ritel mencapai 48,4 persen.

Kenaikan transaksi harian saham itu pun berlanjut pada awal 2021. Berdasarkan data BEI per 5 Februari 2021, rata-rata transaksi harian saham mencapai Rp 20,02 triliun.

"Fenomena baru di BEI. Pada 2020 sebagai tahun kebangkitan ritel banyak sekali transaksi 2020 berlanjut di awal 2021 digerakkan ritel,” ujar Laksono, dalam diskusi virtual, Kamis, 11 Februari 2021.

Laksono mengatakan, rata-rata transaksi harian saham dua kali lebih tinggi pada 2021.

"Rata-rata transaksi 2021 baru 1,5 bulan capai Rp 20 triliun, dua kali lebih tinggi dari 2019 dan 2020,” tutur Laksono.

Laksono menuturkan, komposisi investor untuk rata-rata transaksi harian ritel pun meningkat pada awal 2021. Tercatat transaksi harian saham Rp 20,5 triliun dengan rincian transaksi investor ritel sebanyak 69,5 persen pada Januari 2021 dibandingkan 2020 48,4 persen.

Lalu diikuti investor asing sebanyak 17,5 persen dibandingkan 2020 sebanyak 31,2 persen, dan investor institusi domestik sebanyak 13 persen dari 31,2 persen pada 2020 . “Perdagangan ritel alami kenaikan luar biasa,” kata Laksono.

Laksono menambahkan, investor ritel cenderung menyukai saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan farmasi. “Ritel berminat saham BUMN terutama di bidang infrastruktur dan juga obat-obatan,” kata dia.

 Selain itu, BEI mencatat jumlah transaksi mencapai rekor 2.006.823 kali per hari pada 14 Januari 2021. Per 5 Februari 2021, jumlah transaksi tercatat 1.567.440.

“Rekor pada 14 Januari 2021 2 juta transaksi ini merupakan transaksi terbesar di ASEAN bahkan dari tetangga kita yang benchmark Thailand market. Di ASEAN kita nomor satu juga, 1.567.440 transaksi per 5 Februari 2021,” ujar dia.

Kemudian kapitalisasi pasar saham BEI tercatat Rp 7.243 triliun per 5 Februari 2021. Kapitalisasi pasar saham tertinggi mencapai Rp 7.505 triliun pada 13 Januari 2021.

Volume perdagangan saham tercatat 22,90 miliar saham pada 5 Februari 2021. Rekor tertinggi terjadi pada 17 Desember 2020 dengan volume perdagangan saham tercatat 40,60 miliar saham.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya