Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 11 Februari 2021. Indeks saham Dow Jones cenderung mendatar seiring momentum kuat pasar mulai kehilangan tenaga pada Februari 2021.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones turun 7,1 poin ke posisi 31.430,70. Indeks saham S&P 500 menguat 0,2 persen ke posisi 3.916,38. Indeks saham Nasdaq naik 0,4 persen ke posisi 14,025,66, dan merupakan rekor baru.
Sektor saham energi menjadi sektor dengan performa kurang baik. Sektor saham energi turun lebih dari satu persen. Sebaliknya di sektor saham teknologi menguat sehingga menopang bursa saham.
Advertisement
Baca Juga
Wall street dinilai mulai melambat setelah reli kuat pada awal Februari. Indeks saham S&P 500 menguat 0,2 persen dalam tiga hari pada pekan ini. Sepanjang Februari, indeks saham acuan ini sudah menguat 5,4 persen.
“Banyak optimisme, dan pasar mencoba mencari tahu ke mana arahnya. Sisi fiskal dan moneter tampaknya diperhitungkan ke pasar. Ke depan, kami perlu melihat pemulihan ekonomi, pembukaan kembali, dan penyebaran vaksin yang lebih luas,” ujar Head of US Rate Trading AmeriVet Securities, Gregory Faranello, seperti dilansir dari CNBC, Jumat, (12/2/2021).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Data Klaim Pengangguran
Investor juga mencermati rilis data klaim pengangguran mingguan yang lebih buruk dari perkiraan. Klaim pertama kali untuk asuransi pengangguran mencapai 793.000 pada pekan lalu bahkan di tengah penurunan kasus COVID-19. Ekonom memperkirakan total 760.000.
Sementara itu, pasar reli hingga mencapai rekor pada Februari seiring investor mengantisipasi langkah bantuan fiskal tambahan akan mendukung saham lebih kuat. Indeks saham S&P 500 naik 4,3 persen sepanjang tahun berjalan. Indeks saham Russell 200 melonjak lebih dari 15 persen.
“Ada kekhawatiran bahwa kombinasi dari pembukaan kembali dan kemungkinan dana USD 1,5 triliun dalam bentuk stimulus dapat menyebabkan overshooting yang akan mengarah pada imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, demikian juga suku bunga. Kemudian itu menjadi angin bagi pasar saham,” ujar Investment Strategy Analyst Bair, Ross Mayfield.
Advertisement
Defisit Anggaran Federal
Defisit anggaran federal diproyeksikan mencapai total USD 2,3 triliun pada tahun fiskal 2021, turun dari tahun lalu tetapi masih masih jauh di atas apa pun yang telah dilihat AS sebelum krisis COVID-19. Jumlah tersebut tidak termasuk USD 1,9 triliun, bantuan yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden.
Selain itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menuturkan, ekonomi tetap menghadapi tantangan di pasar tenaga kerja sehingga kebijakan moneter harus tetap akomodatif. Dalam sambutannya di Economic Club of New York, Powell menuturkan, gambaran ketenagakerjaan masih jauh dari tempat yang seharusnya.