Liputan6.com, Jakarta - Para pemegang saham Starbucks menolak proposal pembayaran gaji CEO Starbucks Kevin Johnson. Hai ini menjadi sesuatu langka yang mungkin mengindikasikan sejumlah pemegang saham berpikir kalau CEO dibayar lebih.
Kabar itu dilaporkan pertama kali oleh WallS Street. Setelah pertemuan pemegang saham tahunan, CEO Starbucks Kevin Johnson memperoleh bonus USD 1,86 juta pada tahun fiskal 2020. Hal ini sebagai tambahan penghargaaan yang diberi untuk menjaga posisi hingga 2022.
"Dewan dengan suara bulat mendukung penghargaan retensi berbasis kinerja yang diberikan kepada eksekutif kami pada akhir 2019," ujar Anggota Dewan Starbucks Mary Dillon dalam pernyataan menanggapi pemungutan suara tersebut seperti dilansir dari CNN, Sabtu (20/3/2021).
Advertisement
Perusahaan mencari persetujuan tidak mengikat atas proposal "say-on-say". Proposal yang tidak mengikat, perusahaan tidak perlu melakukan perubahan apa pun berdasarkan hasil pemungutan suara.
Akan tetapi, perusahaan secara hukum diharuskan mengizinkan investor untuk memberikan suara."Sangat jarang proposal say-on-pay tidak disetujui," ujar Kai Liekefett, Partner Sidney Austin Law Firm.
Ia menuturkan, ketika investor berpikir eksekutif dibayar berlebihan mungkin menunjukkan kereasahan pemegang saham. "Para pemegang saham biasanya tidak keberatan para eksekutif menghasilkan banyak uang, selama kinerjanya luar biasa," ujar Liekett.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Selanjutnya
Pemegang saham dinilai terpengaruh oleh panduan dari Institutioanal Shareholder Serivices (ISS)dan Glass Lweis, dua firma ini paling berpengaruh dalam memberikan panduan.
Glass Lewis merekomendasikan pemungutan suara pemegang saham yang menentang proposal itu.ISS telah merekomendasikan pemegang saham untuk pemungutan suara terhadap paket kompensasi yang berakhir.
Advertisement