Menakar Perbandingan Kinerja Astra dan Tesla pada 2020

Saham Tesla cenderung menguat tajam pada 2020. Sedangkan saham PT Astra International Tbk turun pada 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Mar 2021, 06:44 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2021, 20:48 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Astra International Tbk (ASII) mampu menguat selama sepekan pada periode 15-19 Maret 2021. Saham ASII naik 5,48 persen ke posisi Rp 5,775 per saham pada Jumat,19 Maret 2021.

Mengutip data RTI, selama sepekan, saham ASII sempat berada di level tertinggi 5.800 dan terendah 5.500 per saham. Total volume perdagangan saham 445.106.516 saham dengan nilai transaksi Rp 2,5 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 71.406 kali.

Meski demikian, sepanjang 2021, saham ASII masih cenderung melemah. Saham ASII turun 4,15 persen sepanjang tahun berjalan 2021.

Pada pekan lalu, saham ASII sempat menjadi perbincangan. Apalagi setelah Warren Buffett Indonesia Lo Kheng Hong membandingkan kinerja keuangan Tesla dan PT Astra International Tbk (ASII). Ia menilai, kinerja saham ASII lebih baik ketimbang Tesla. Lo Kheng Hong menuturkan, dalam dua tahun, Tesla mencatatkan rugi USD 141 juta.

"Lihat laba Tesla tahun 2020 USD 721 juta, ternyata laba Astra lebih besar 60 persen dari Tesla. Tesla tahun 2019 rugi USD 862 juta,” ujar dia, seperti dikutip Minggu, (21/3/2021).

Mengutip laporan keuangan unaudited, Tesla mencatat laba USD 721 juta atau sekitar Rp 10,41 triliun (asumsi kurs Rp 14.440 per dolar AS) pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya rugi USD 862 juta. Sementara itu, pendapatan tumbuh 31 persen dari USD 20,82 miliar pada 2019 menjadi USD 27,23 miliar pada 2020.

Selain itu, Tesla melaporkan kinerja kas positif menjadi USD 2,79 miliar pada 2020. Angka ini dua kali lipat dibandingkan 2019 sebesar USD 1,08 miliar. Mengutip CNBC, Tesla juga telah mengirimkan 499.550 kendaraan sepanjang 2020.

Sementara itu, ASII mencetak laba bersih Rp 16,16 triliun pada 2020 dibandingkan 2019 sebesar Rp 21,70 triliun. Perolehan laba tersebut turun 26 persen. Sementara itu, pendapatan bersih susut 26 persen dari Rp 237,16 triliun pada 2019 menjadi Rp 175,04 triliun.

Bicara soal ASII tidak hanya sektor otomotif saja. Hal ini juga membedakan ASII dengan Tesla.  Kinerja ASII ditopang dari sejumlah sektor anak usaha  antara lain otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, sektor perkebunan, infrastruktur dan logistik, dan properti.

Dari sektor otomotif ASII, kontribusi laba pada 2020 turun 68 persen dari Rp 8,39 triliun menjadi Rp 2,70 triliun. Penurunan laba itu seiring volume penjualan turun signifikan seiring ada pandemi COVID-19.

"ASII ada anak usaha alat berat, bank, jalan tol, perkebunan, dan lainnya. Tesla itu high tech dengan ada SpaceX. Tidak bisa dibandingkan apple to apple,” ujar Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (21/3/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pergerakan Saham Tesla dan ASII

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Meski demikian, pada awal 2021, saham Tesla menurun. Bahkan sempat sentuh level terendah USD 563 pada 8 Maret 2021.

Saham Tesla ditutup naik 0,26 persen ke posisi USD 654,87 pada perdagangan saham reguler, Jumat, 19 Maret 2021. Kapitalisasi pasar saham Tesla sekarang berada di sekitar USD 679 miliar dari sebelumnya sempat sentuh USD 800 miliar pada 2020.

Sementara itu, saham PT Astra International Tbk melemah 13 persen sepanjang 2020 ke posisi Rp 6.025 per saham.

Analis PT Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas menilai, melonjaknya saham Telsa seiring prospek ke depan. “Kadang pergerakan harga sahamnya tidak mencerminkan kinerjanya juga. Tapi lebih ke iming-iming prospek ke depan sehingga harganya respons duluan,” ujar dia.

Baru-baru ini,Fund Manager Lansdowne Partners, Per Lekander mengatakan saham Tesla sedang dalam gelembung. “Menurut pendapat saya, tahun ini akan menjadi comeback bagi para petanana,” ujar Lekander, seperti dilansir dari CNBC.

Ia menuturkan, sejumlah sentimen akan berdampak terhadap Tesla seperti suku bunga naik dan pasar bereaksi terhadap posisi petahana yang tidak terlalu buruk. “Saya pikir Tesla akan turun,” kata dia.

Di sisi lain, ada juga pengamat tidak setuju dengan pandangan tersebut. Analis Wedbush Dan Iven yakin saham Tesla akan pulih setelah awal tahun yang bergejolak. “Keberhasilan Tesla meningkatkan inisiatif dan permintaan kendaraan listrik di China pada Maret yang akan dorong saham lebih tinggi setelah Januari goyah dan Februari kuat,” tulis dia dalam sebuah catatan.

Sementara itu, terkait saham ASII, menurut Nafan, cenderung sideways. Ia menuturkan, saham ASII belum sentuh posisi 10.000. “Saham ASII cenderung sideways. Level 10 ribu belum tercapai. Tertinggi 9.300 pada 2017,” kata dia.

Meski demikian, Nafan memilih saham ASII untuk dicermati. Ia menargetkan saham ASII 7.775 untuk jangka panjang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya