Liputan6.com, Jakarta - Mengalami kenaikan signifikan, harga batu bara termal ICE Newcastle menyentuh rekor tertinggi sepanjang 2021. Pada akhir perdagangan minggu lalu, atau tepatnya Jumat 19 Maret 2021, harga batu bara tersebut naik 4,22 persen.
Melihat hal ini, Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, bila harga batu bara yang meningkat bisa saja memberikan dampak positif bagi emiten batu bara.
"Semuanya tergantung dari pola tebak-tebakan harga batu bara dari Newcastle. Kalau misalnya praktiknya baik, mestinya harga masing masing emiten bakal positif," kata Nafan kepada Liputan6.com, Senin (22/3/2021).
Advertisement
Baca Juga
Meski demikian, Ia juga menegaskan, kenaikan harga saham semuanya tergantung dari sentimen positif yang trejadi, salah satunya permintaan dari negara lain.
"Cuma semuanya juga tergantung dari sentimen, sepertinya ada peningkatan permintaan dari negara negara manufaktur besar atau kelompok ekspansi manufaktur," ujar dia.
Selain itu, jumlah batu bara yang kian menyusut diyakini Nafan bisa menjadi salah satu faktor meningkatnya harga.
"Kalau emiten-emiten di Indonesia bisa jalan terus, mestinya juga emiten tersebut bisa bekerja positif terhadap kinerja fundamental, terlebih tahun ini ada recovery perekonomian. Beda sama tahun lalu yang tantangannya besar," tuturnya.
Pada pekan lalu, harga batu bara termal acuan global naik 6,89 persen karena harga penutupan menyentuh USD 93,8 per ton.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pembukaan IHSG pada 22 Maret 2021
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan saham Senin (22/3/2021). Hal itu seiring sebagian sektor saham yang tertekan.
Mengutip data RTI, pada pra pembukaan perdagangan, IHSG turun tipis 0,15 persen atau 9,36 poin ke posisi 6.346. Pada pukul 09.01 WIB, IHSG melemah 0,17 persen ke posisi 6.345. Indeks saham LQ45 merosot 0,50 persen ke posisi 952,14. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.354,93 dan terendah 6.327,27. Sebanyak 157 saham melemah sehingga menekan IHSG. 175 saham menguat dan 163 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham 91.800 kali dengan volume perdagangan 1,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 738 miliar. Investor asing lepas saham Rp 40,68 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah di kisaran 14.418.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham tambang naik 0,76 persen, sektor saham perdagangan naik 0,50 persen dan sektor saham pertanian menguat 0,44 persen. Sektor saham aneka industri turun 0,87 persen dan memimpin pelemahan sektor saham. Diikuti sektor saham industri dasar tergelincir 0,76 persen dan sektor saham infrastruktur susut 0,69 persen.
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain saham AIMS naik 24,58 persen, saham TIFA melonjak 22,76 persen, saham LPLI melambung 20,97 persen, saham PKPK meroket 14,71 persen, dan ZBRA menguat 13,11 persen.
Selain itu, saham-saham yang masuk top losers antara lain saham PLAN turun 9,3 persen, saham BNBA merosot 6,94 persen, saham FORU tergelincir 6,93 persen, saham NZIA susut 6,9 persen, dan saham BVIC tergelincir 6,86 persen.
Pada awal sesi perdagangan, saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham BBRI sebesar Rp 3,2 miliar, saham TLKM sebesar Rp 1,8 miliar, saham TKIM sebesar Rp 1,8 miliar, saham JPFA sebesar Rp 1,6 miliar, dan saham ACES sebesar Rp 1,1 miliar.
Sedangkan saham-saham yang dilepas investor asing antara lain saham BBCA sebesar Rp 37,6 miliar, saham BMRI sebesar Rp 9,2 miliar, saham ASII sebesar Rp 8,2 miliar, saham BRPT sebesar Rp 2,7 miliar, dan saham SMGR sebesar Rp 2,1 miliar.
Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,08 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,06 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 1,8 persen.
Selain itu, indeks saham Shanghai naik 0,74 persen, indeks saham Singapura menguat 0,35 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,56 persen.
Advertisement