Rilis Data Ekonomi hingga The Fed Bakal Bayangi Wall Street

Diperkirakan wall street cukup tenang pada pekan depan seiring rilis data ekonomi dan pejabat the Federal Reserve atau bank sentral AS akan berbicara sebelum musim laporan laba.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Apr 2021, 22:02 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2021, 22:02 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mengawali dengan kinerja positif pada awal April 2021. Lalu bagaimana dengan sentimen yang akan pengaruhi wall street pada pekan depan?

Pada Kamis, 1 April 2021, indeks saham S&P 500 naik 1,2 persen ke posisi 4.019,87. Indeks saham Dow Jones menguat 170 poin. Indeks saham Nasdaq bertambah 1,8 persne. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun berada di kisaran 1,68 persen. Angka ini di bawah posisi tertinggi 1,77 persen.

Pada pekan ini, Departemen Tenaga Kerja AS merilis data tenaga kerja yang menunjukkan ada 916.000 pekerjaan pada Maret 2021 dibandingkan perkiraan ekonom di posisi 675.000.

Diperkirakan wall streetcukup tenang pada pekan depan seiring rilis data ekonomi dan pejabat the Federal Reserve atau bank sentral AS akan berbicara sebelum musim laporan laba.

Adapun Ketua the Federal Reserve Jerome Powell akan membahas ekonomi global pada panel IMF pada Kamis pekan depan, lalu Presiden Fed Chicago Charles Evans akan berbicara pada Selasa dan Rabu, demikian juga Presiden Fed Richmond Tom Barkin.

Pada Senin, survei sektor jasa Institute for Supply Management akan dirilis, dan akan mendapat perhatian setelah survei manufaktur lembaga mencapai level tertinggi sejak 1983. Pada Rabu, risalah dari pertemuan the Federal Reserve terakhir akan dirilis pada Rabu sore.

"Secara harfiah segala sesuatu, atau hampir semuanya, harus sangat kuat di masa mendatang, saya akan berpikir. Kami datang dari basis yang rendah,” ujar Ekonom Amherst Pierpoint Stephen Stanley seperti dilansir dari CNBC, ditulis Minggu (4/4/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Investor Cermati Laporan Keuangan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Para ekonom mengharapkan kuartal dua akan sangat kuat seiring aktivitas ekonomi kembali dibuka dan stimulus mulai cair. Hal itu akan berdampak positif untuk saham kecuali jika suku bunga naik terlalu cepat.

Selain itu, investor juga diperkirakan fokus pada rilis kinerja keuangan pada kuartal I 2021. Head of Investment Strategy Citi US Wealth Management, Shawn Snyder menuturkan, pasar sering kali melemah menjelang musim laba.

"Kalender makro cukup ringan. Saya pikir perhatian akan beralih ke pendapatan dengan cukup cepat. Itu akan menjadi hal berikutnya yang harus dituju," kata dia.

Berdasarkan data Refinitiv, pendapatan kuartal I 2021 diharapkan naik 24,2 persen secara year on year.Sejumlah analis mengharapkan musim laporan keuangan mendorong perusahaan dapat menyampaikan hal baik seperti revisi kinerja yang positif. Hal tersebut dapat menjadi bahan bakar untuk pasar saham.

"Sekitar 13 bulan lalu COVID-19 mengirim kita melakukan aktivitas di rumah. Sementara pandemi COVID-19 hampir mematikan ekonomi dunia, respons kebijakan yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat ekonomi tetap bertahan yang mengarah ke penurunan resesi terpendek dan lonjakan pasar saham paling curam dalam sejarah," ujar Chief US Equity Strategist Credit Suisse, Jonathan Golub dalam catatannya.

Golub mengatakan, kenaikan 78 persen indeks saham S&P 500 dari titik terendah pada Maret 2021 didorong pendapatan.

"Dalam dua periode pemulihan terakhir, tren revisi positif berlangsung selama 2-3 tahun, memberikan penarik penting bagi pasar,” tulisnya dalam catatan.

Ia menuturkan, ekonom terus merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. “Pekerjaan kami menunjukkan setiap satu persen perubahan dalam produk domestik bruto (PDB) mendorong pendapatan 2,5 persen-3 persen, dan bahkan peningkatan laba lebih besar,” ia menambahkan.

Selanjutnya

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Selain dari kenaikan pendapatan yang diharapkan, sejumlah ahli juga mengharapkan April menjadi bulan yang positif untuk saham seperti yang telah terjadi secara historis.

Chief Investment Strategist CFRA, Sam Stovall menuturkan, pasar memasuki April dan kuartal II dengan penurunan.

"April biasanya bagus. Ini adalah bulan terbaik dalam hal perubahan harga rata-rata. Kuartal kedua rata-rata bukan kuartal yang buruk. Itu rata-rata naik 2,8 persen sejak 1990, dan semua 11 sektor telah membukukan rata-rata keuntungan,” kata dia.

Stovall menuturkan,sejumlah sektor saham yang telah naik seperti energi, industri dan keuangan dapat berhenti penguatannya. Sektor saham itu telah mengungguli sementara sektor saham teknologi.

Pada Mei yang masuk kuartal II, pasar akan memasuki periode “jual di bulan Mei”. Pepatah berkata sell in may. Hal ini didasarkan saham cenderung berkinerja buruk dari Mei hingga Oktober.

"Dalam penjualan pada Mei, teknologi telah menunjukkan kinerja yang cukup baik. Sekarang mungkin bukan waktu untuk keluar dari teknologi,” ujar Stovall.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya