Sentimen Cadangan Devisa Bakal Bayangi Pasar Saham

Analis menuturkan, setelah data PDB kuartal I 2021 yang sesuai harapan, rilis cadangan devisa April yang dicermati ke depan.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Mei 2021, 15:10 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2021, 15:09 WIB
Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah rilis pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 yang minus 0,74 persen, sentimen cadangan devisa akan mempengaruhi laju IHSG.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksono menuturkan, rilis produk domestik bruto (PDB) kuartal I 2021 yang tercatat minus 0,74 persen cukup baik meski berada di zona negatif.

Akan tetapi, ia menilai, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 cukup menguat dan sesuai dengan konsensus analis. Sebelumnya konsensus perkirakan PDB kuartal I 2021 sekitar minus 0,9 persen. Efek PDB kuartal I 2021 tersebut menjadi sentimen positif bagi pasar saham.

"Dampaknya ke pasar saham tentu menjadi sentimen yang positif dan diharapkan bisa memicu pergerakan positif dari IHSG,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (6/5/2021).

Ia mengatakan, sentimen yang dicermati ke depan adalah cadangan devisa yang secara konsensus diperkirakan naik. Cadangan devisa secara konsensus diperkirakan berada di USD 139 miliar.

Adapun jelang libur Lebaran, Herditya, pelaku pasar akan lebih mengamankan dananya untuk keperluan lainnya. Hal tersebut berdampak terhadap transaksi saham yang sepi.

Hal senada dikatakan Head of Research PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi. Ia mengatakan,data pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan sesuai harapan di level minus 0,74 persen dan minus 0,96 persen secara kuartalan.

"Data tersebut lebih baik dari pertumbuhan dan menipiskan kontraksi yang terjadi selama masa pandemi COVID-19," ujar dia dalam catatannya.

Sementara itu, Analis PT Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas menuturkan, rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 tidak terlalu pengaruh ke pasar saham. Hal ini sudah diperkirakan kalau ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021 masih minus.

"Positifnya rilis sedikit lebih baik dibandingkan consensus. Jadi indeks merespons kenaikan tapi terbatas kenaikannya,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, sentimen lain yang akan pengaruhi pasar yaitu cadangan devisa pada Jumat, 7 Mei 2021 dan rilis data perdagangan ekspor impor.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

IHSG Bakal Mendatar Setelah Libur Lebaran

IHSG
Pekerja melintas di bawah layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setelah libur Lebaran diprediksi flat atau mendatar karena belum  ada sentimen positif yang mampu menjadi dorongan secara penuh.

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menjelaskan, IHSG diprediksi masih bergerak di posisi 6.000.

"Jadi setelah Lebaran masih flat juga kita akan bergerak di 6.000 an. Saya belum bisa melihat sentimen yang mendorong untuk bisa naik di atas 6.100 karena memang investor masih wait and see. Tapi di bawah 5.900 juga saya belum melihat ada karateristik ke arah sana," katanya kepada Liputan6.com, ditulis Kamis, 6 Mei 2021.

Wawan juga menjelaskan kuartal III dan IV 2021 bisa menjadi penyelamat karena di kuartal 2 pergerakan IHSG masih belum menampilkan ada perbaikan yang cukup besar.

"Kalau untuk tahun ini sensitif kita lebih melihat kuartal 3 dan 4. Pasar saham biasanya bergeraknya agak diluar ekspetasi di akhir tahun, karena sepertinya pergerakan kuartal 2 masih negatif," ujarnya.

Selain akhir tahun, investor juga biasanya melihat prediksi saham pada 2022. Hal ini juga mendorong pergerakan IHSG ke arah lebih baik. Meski demikian, sentimen positif harus tetap dijaga, jangan sampai lonjakan kasus COVID-19 juga terjadi di Indonesia.

"Tapi untuk kuartal 3 dan 4 investor biasanya melihat akhir tahun bahkan untuk tahun depan. Selain itu, vaksinasi kita kan sudah sekitar 20 juta ya kira-kira hampir 10 persen dari penduduk. Kalau itu bisa ditingkatkan lagi 40-50 persen kita akan melihat tahun 2022 akan jauh lebih optimis," tuturnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya