Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melompat hingga menyentuh level rekor baru seiring data tenaga kerja yang mengecewakan. Dengan demikian, investor percaya kebijakan moneter yang longgar akan tetap dipertahankan dalam jangka panjang.
Beberapa investor juga menolak laporan tersebut sebagai gangguan yang tidak menandakan perlambatan dalam pemulihan ekonomi. Penutupan perdagangan wall street, indeks saham S&P 500 naik 0,7 persen menjadi 4.232,60, hingga sentuh rekor tertinggi.
Indeks saham Dow Jones menguat 229,23 poin atau 0,7 persen ke posisi 34.777,76, dan sentuh rekor tertinggi. Demikian juga indeks saham Nasdaq yang melonjak 0,9 persen ke posisi 13.752,24.
Advertisement
Selama sepekan, indeks saham Dow Jones naik 2,7 persen. Indeks saham S&P 500 menguat 1,2 persen, sedangkan indeks saham Nasdaq turun 1,5 persen pada pekan ini.
Departemen tenaga kerja Amerika Serikat (AS) mengatakan data penggajian sektor non pertanian 266.000 pada April 2021. Angka ini di bawah prediksi ekonom sebanyak 1 juta.
Tingkat pengangguran meningkat 6,1 persen pada April 2021, angka ini lebih tinggi dari harapan 5,8 persen.
Sementara itu, investor bertaruh data tenaga kerja yang belum sesuai harapan dapat mendorong bank sentral AS atau the Federal Reserve tetap mempertahankan kebijakan moneter. Hal ini termasuk mempertahankan suku bunga dan program pembelian obligasi tetap dilakukan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Data Ekonomi yang Mengejutkan
Saham emiten teknologi yang mendapat keuntungan dari suku bunga renda selama pandemi COVID-19 melonjak setelah rilis data. Saham Microsoft dan Tesla masing-masing naik lebih dari satu persen. Demikian juga Netflix, Alphabet dan Apple menguat.
Suku bunga yang tinggi paling banyak mempengaruhi pertumbuhan saham atau growth stock seiring mengurangi nilai pendapatan perusahana ke depan.
"The Fed akan merasakan beberapa pembenaran dalam keragu-raguan mereka untuk melakukan pengurangan," ujar Founder of Vital Knowledge, Adam Crisafulli seperti dilansir dari CNBC, Sabtu (8/5/2021).
Riset Bank of America baru-baru ini memperingatkan data ekonomi yang kuat dapat memukul saham, terutama saham teknologi, jika itu dapat menyebabkan bank sentral menarik kembali kebijakan moneter yang mudah.
Ada juga beberapa investor yang percaya kalau jumlah pekerjaan pada April tidak persis seperti yang terlihat.
"Itu adalah kejutan besar,” ujar Chief Economist Goldman Sachs, Jan Hatzius.
Ia melihat, setiap rilis data juga menyesuaikan dengan musiman sehingga berpotensi sumber kesalahan. Namun, angka pekerjaan yang mengecewakan memberikan kesegaran pada banyak ekonom yang memperkirakan lonjakan tajam dalam pertumbuhan pekerjaan. Ekonom Goldman Sachs memperkirakan total 1,3 juta pekerjaan telah ditambahkan pada April.
Advertisement
Prediksi Kuartal II
Beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan dua digit pada kuartal saat ini setelah produk domestik bruto (PDB) naik 6,4 persen pada kuartal I 2021. Data yang lemah dapat menempatkan perkiraan tersebut pada risiko.
"Ini adalah pembacaan yang mengecewakan tentang penciptaan lapangan kerja dan mempertanyakan asumsi kuartal II 2021 akan meneruskan momentum positif yang ditetapkan pada awal tahun,” ujar Head of US Rate BMO Ian Lyngen.
Sementara itu, saham Roku menguat lebih dari 11 persen setelah perusahaan streaming tersebut mencatat kinerja melampaui harapan pada kuartal I 2021.
Roku membukukan laba yang disesuaikan sebesar 54 sen per saham dibandingkan perkiraan kerugian 13 sne per saham, berdasarkan data Refinitiv. Di sisi lain, pendapatan naik 79 persen dari tahun lalu dan melebihi harapan.