Mengintip Prospek Saham Telkom Usai Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris

Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menguat pada Senin, 31 Mei 2021. Lalu bagaimana prospek saham TLKM usai pergantian direksi dan komisaris?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Jun 2021, 06:59 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2021, 06:59 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Telkom Indonesia (TLKM) terpantau melaju kencang usai gelaran Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Jumat, 28 Mei 2021.

Saham TLKM turun 3,25 persen ke posisi Rp 3270 per saham pada 28 Mei 2021 bersamaan saat RUPST digelar. Namun, pada perdagangan Senin, 31 Mei 2021, saham TLKM berhasil naik 5,19 persen ke posisi Rp 3.440 per saham.

RUPS Telkom Indonesia kali ini cukup menjadi perhatian. Selain pembagian dividen, Perseroan juga merombak jajaran direksi dan komisaris dan mengangkat mantan menteri hingga salah satu publik figur. Kendati begitu, Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada menilai kinerja Telkom masih akan moncer meski tanpa sentimen pergantian komisaris tersebut.

"Terlepas dari kontroversi terkait jajaran komisaris dan direksi yang baru, Telkom bisa menjadi perusahaan penyedia telekomunikasi beserta infrastrukturnya kepada masyarakat,” kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Rabu (2/6/2021).

Hal itu diikuti dengan naiknya kebutuhan masyarakat akan layanan data, sejalan dengan akselerasi digital di masa pandemi covid-19. Namun, Reza menekankan, Telkom perlu inovasi untuk lebih bisa meningkatkan kinerjanya.

"Apalagi sudah jadi Tbk (terbuka), maka inovasi atau pengembangan produk yang nantinya akan berimbas pada peningkatan kinerja harus dilakukan,” imbuh Reza.

Sebagai gambaran, jika Telkom semula hanya menyediakan layanan komunikasi, saat ini Telkom juga harus berinovasi dari sisi layanan konten digital.

Meski Telkom Indonesia telah menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak untuk layanan konten digital, Reza menilai tetap diperlukan inovasi untuk mempertahankan pangsa pasar Telkom yang besar di tanah air.

"Dengan jaringan yang dimiliki sekarang saya pikir akan punya peluang yang sangat bagus untuk meningkatkan kinerja ke depannya. Apalagi kalau nantinya tidak hanya menjadi penyedia infrastruktur, tapi mungkin bisa menyediakna kontennya juga. Itu yang mungkin bisa memberikan tambahan kinerja untuk telkom ke depannya," ujar Reza.

Adapun pergantian Direksi dan Komisaris, lanjut Reza, telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)  No 33/POJK/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Sehingga yang ia tekankan adalah implementasinya di lapangan. Utamanya bagi komisaris yang menjalankan fungsi pengawasan dan arahan terkait operasional Perseroan.

"Kalau masuknya mas Abdee sebagai komisaris, paling tidak dia harus memahami bagaimana tata kelola perusahaan Tbk. Kedua, dia harus memahami operasional dari Telkom itu sendiri. Atau secara umum dia harus memahami bagaimana operasional perusahaan telekomunikasi itu bekerja,” ujar Reza.

Reza mengakui, sepak terjang Abdee juga tidak bisa diremehkan. Namun, untuk menjadi komisaris di perusahaan terbuka, itu lain soal. “Itu yang jadi PR buat dia untuk bisa membuat Telkom punya tata kelola jauh lebih  baik ke depannya,” imbuh dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Lalu, bagaimana prospek saham TLKM?

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Melihat tren digitalisasi yang tak terelakkan, Telkom memiliki peluang besar untuk meraup pendapatan secara masif. Reza menilai ini akan berdampak positif bagi perseroan.

Namun pada saat bersamaan, Reza menilai Telkom harus mampu menekan biaya operasional. Hal ini untuk menghindari beban operasional yang bisa jadi malah menggerus pendapatan Perseroan.

"Kita harus memperhatikan pengelolaan biaya operasionalnya Telkom. Kalau terjadi peningkatan pelanggan, bagaimana dengan pengelolaan biaya operasionalnya. Kalau naik melebihi revenue ya sama saja bottom line-nya malah terpangkas,” ujar Reza. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya