Pembangunan LRT Jabodebek Capai 84,76 Persen hingga Akhir Mei 2021

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) telah mendapatkan pembayaran senilai sejumlah Rp 13,3 triliun termasuk pajak untuk LRT.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Jun 2021, 17:05 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2021, 17:05 WIB
Proyek Pembangunan LRT Rampung Desember 2021
Suasana proyek pembangunan LRT Jabodebek di kawasan Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, Senin (3/2/2020). PT KAI menanggung 60% dari kebutuhan pembangunan LRT Jabodebek senilai Rp 22,8 triliun sisanya ditanggung PT Adhi Karya dan pemerintah. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Hingga akhir Mei 2021, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan perkembangan pembangunan prasarana Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit atau LRT yang terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek) secara keseluruhan telah mencapai 84,76 persen.

Dalam keterbukaan informasi BEI, Jumat, (4/6/2021), Corporate Secretary PT Adhi Karya Tbk, Farid Budiyanto menyampaikan detail tiap lintas pelayanan LRT, yakni lintas pelayanan I Cawang-Cibubur sebesar 93,81 persen, lintas pelayanan II Cawang-Dukuh Atas sebesar 84,29 persen, dan lintas pelayanan III Cawang-Bekasi Timur sebesar 90,94 persen. 

Perkembangan ini termasuk telah terealisasikannya pekerjaan penyambungan lintasan dan pembangunan fisik stasiun. Dari perkembangan yang dihasilkan itu,Adhi Karya telah mendapatkan pembayaran senilai sejumlah Rp 13,3 triliun termasuk pajak. 

Selain perkembangan pekerjaan fisik, sarana berupa kereta kini juga telah terparkir di sepanjang jalur lintas pelayanan I, dengan jumlah sebanyak 25 trainset. 

"Nantinya, seluruh kereta ini akan mendapatkan tempat parkirnya sendiri yang terletak di Depo Bekasi Timur,” kata Farid seperti dikutip, Jumat (4/6/2021) Adapun pembebasan lahan untuk depo saat ini telah 100 persen dengan progres pembangunannya sebesar 44,18 persen. 

Perkembangan signifikan juga terlihat pada OCC Room (Operation Control Room) atau ruang kendali kereta LRT yang sepenuhnya akan dilakukan secara otomatis.

Gedung ini menjadi salah satu yang paling penting, untuk memastikan kendali keseluruhan kereta di seluruh lintasan. Hingga saat ini, perkembangan gedung ini telah mencapai 93 persen. 

"Dengan semakin cepat OCC Room selesai, maka semakin cepat pula seluruh kereta mampu diuji coba operasionalnya," kata Farid.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Gerak Saham ADHI

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 4 Juni 2021, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) naik 0,99 persen ke posisi Rp 1.025 per saham. Saham ADHI dibuka ke posisi Rp 1.015 per saham.

Saham ADHI berada di posisi terendah Rp 1.005 dan tertinggi Rp 1.035 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 1.161 kali dengan nilai transaksi Rp 5,6 miliar.

Sepanjang tahun berjalan 2021, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) melemah 33,88 persen ke posisi Rp 1.015 per saham. Saham ADHI berada di level tertinggi Rp 2.040 per saham dan terendah Rp 945 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 536.008 kali dengan nilai transaksi Rp 4,5 triliun.

Kontrak Baru Adhi Karya hingga Akhir April 2021

Awal 2019 IHSG
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Adhi Karya Tbk memperoleh kontrak baru sebesar Rp 3,6 triliun hingga April 2021. "Hingga April 2021, ADHI mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp3,6 triliun (di luar pajak), ujar Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Farid Budiyanto, dikutip dari Antara.

Ia menuturkan, lontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru pada April 2021 ini meliputi konstruksi dan energi sebesar 89 persen, properti 10 persen dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.

Farid mengatakan, pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri atas proyek gedung sebesar 29 persen; jalan dan jembatan 29 persen; dan proyek infrastruktur lainnya seperti bendungan, bandara, jalan kereta api, dan proyek-proyek EPC sebesar 42 persen.

"Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru dari pemerintah sebesar 70 persen, BUMN sebesar 22 persen, sementara swasta/lainnya sebesar 8 persen," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya