Hary Tanoe Optimistis Perkembangan Pasar Modal Indonesia

Pengusaha nasional Hary Tanoedoedibjo menyebut, bisnis yang enggan beralih ke sistem digital akan tumbang karena tak mampu beradaptasi dengan kebutuhan konsumen.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 01 Jul 2021, 22:09 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2021, 22:08 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak tahun lalu menuntut sebagian besar perusahaan untuk beralih ke sistem digital. Hal ini tak terlepas dari pencegahan penularan virus yang sebabkan COVID-19 dan kebutuhan masyarakat untuk beraktivitas.

Sadar akan perubahan ini, Executive Chairman of MNC Group Hary Tanoedoedibjo (Hary Tanoe) menyebut, bisnis yang enggan beralih ke sistem digital akan tumbang karena tak mampu beradaptasi dengan kebutuhan konsumen.

"The Next Market Mover berarti melihat perusahaan yang mampu beradaptasi secara digital selama pandemi Covid-19 ini. Saya sangat optimistis perkembangan pasar modal Indonesia ke depannya masih dapat tumbuh. Kita akan melihat emiten yang mampu bertahan adalah emiten yang bisa beradaptasi dengan keadaan New Normal,” kata Hary.

Untuk MNC Grup, Hary menyebut, pelopor digitalisasi ialah MNC Trade. Siap berganti nama menjadi Motion Trade, perusahaan ini akan menjadi digital financial service untuk MNC grup.

"Rencananya bulan depan Motion Bank akan meluncurkan virtual VISA dan Mastercard. Nantinya kartu kredit tidak lagi berbentuk kartu fisik melainkan virtual," ujarnya.

Selain itu, MNC juga akan mengubah sistem asuransi. Telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK),  digital insurance bernama Motion Insurance akan dirilis pada Agustus 2021.

"Kami juga segera merilis Motion Credit, yakni platform pinjaman online. Masyarakat yang membutuhkan dana bisa langsung mengajukan pinjaman via aplikasi. Sistem ini akan dilengkapi oleh artificial intelligence untuk kredit scoring," tuturnya.

 

BHIT Obligasi Konversi Jadi Saham

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT MNC Investama Tbk (BHIT) berencana melakukan penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Rencana ini dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS) yang akan dilaksanakan 6 Juli 2021.

"Kita ada rencana untuk rights issue pada RUPS mendatang. Kita akan mengadakan RUPS pada 6 Juli. Salah satu agendanya meminta persetujuan pemegang saham untuk right issue,” ujar Direktur Utama MNC Investama, Darma Putra dalam paparan publik, ditulis Rabu, 16 Juni 2021.

Adapun aksi korporasi itu, kata Darma, dilakukan hanya untuk mengkonversikan hutang obligasi saat ini. Darma menyebutkan utang obligasi MNC Investama mencapai USD 231 juta.

Pada tahun lalu, disetujui pemegang obligasi yang sebagian besar atau sekitar USD 161 juta akan konversi obligasi menjadi saham. Sementara sebagian kecil lainnya akan dikonversi  ke obligasi baru.

"Jadi ini sangat bagus untuk BHIT. Karena dengan konversi  ini capital structure BHIT akan tambah kuat, equity makin besar, utang main dikit, hampir enggak ada. Jadi ke depan BHIT pasti akan lari lebih kencang lagi," pungkas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya