Prediksi Harga Bitcoin Meleset Pakai Metode Ini pada 2021, Kenapa?

Pada masa lalu, model stock-to-flow bitcoin telah digunakan untuk memperkirakan harga mata uang kripto paling terkenal tersebut di masa depan.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 06 Jul 2021, 14:33 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 14:31 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu grafik yang banyak digunakan untuk memprediksi kenaikan harga bitcoin di masa depan ialah model stock-to-flow. Pada Januari 2019, model tersebut memprediksi harga bitcoin beradai di angka USD 77.900 saat ini.

Akan tetapi, pada Senin 5 Juni 2021, mata uang kripto diperdagangkan di angka USD 33.668, jauh dari harga tertinggi sepanjang masa yang biasa dicapai bitcoin yakni USD 64.829 pada April.

Analis Crypto 'PlanB', yang telah mendokumentasikan model stock-to-flow-sejak Maret 2019, mengatakan melalui Twitter bila harga bitcoin saat ini berada paling jauh dari perkiraan selama dua tahun belakangan, seperti dilansir Coindesk.

Dia juga mengatakan, enam bulan ke depan harga bitcoin menjadi penentu prediksi harga melalui sistem model stock-to-flow.

Bila investasi pada umumnya diterapkan sesuai sumber daya alam seperti emas atau perak. Komoditas yang sering disebut sebagai sumber daya ini harus mempertahankan nilainya dalam jangka panjang karena kelangkaan dan alirannya yang rendah.

Bitcoin, kadang-kadang disebut-sebut oleh para pendukungnya sebagai “emas digital,” diperlakukan seolah-olah itu adalah komoditas langka untuk tujuan model tersebut. Bitcoin mahal untuk diproduksi dan dianggap langka, karena pasokan maksimumnya dibatasi pada 21 juta koin.

Mata uang kripto juga mengalami “pembelahan bitcoin” dengan jumlah bitcoin yang memasuki sistem dengan setiap blok data, dipotong setengahnya. Hal ini terjadi kira-kira setiap empat tahun.

“Bitcoin memiliki persediaan terbatas, yang sangat bagus dan terkenal. Ketika pasokan dipatok, harga hanya bisa didorong oleh permintaan," kata pendiri ByteTree Asset Management, Charles Morris.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Model Stock to Flow

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Pada masa lalu, model stock-to-flow bitcoin telah digunakan untuk memperkirakan harga mata uang kripto paling terkenal tersebut di masa depan. 

Pantera Capital atau dana lindung nilai spesialis mata uang kripto memperkirakan, April 2020  bitcoin dapat naik menjadi USD 115.000 pada Agustus tahun ini, menggunakan model ini. 

PlanB menulis dalam posting blog pada April 2020 harga bitcoin bisa mencapai USD 288.000 pada 2024, mengutip model stock-to-flow.

"Menurut proyeksi model, harga bitcoin akan mengalami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu karena rasio stock-to-flow yang terus berkurang,” kata Binance Academy.

Perlu dicatat model ini sangat bergantung pada asumsi kelangkaan uang kripto harus mendorong nilai, yang mungkin tidak selalu demikian. 

"Model stock-to-flow dibuat di belakang dua peristiwa separuh. Saya setuju, dengan hati-hati, separuh dapat meningkatkan harga sekitar 2x, karena tekanan jual penambang berkurang separuh, tetapi gagasan jalur harga di masa depan dijamin berlipat ganda di luar ini adalah konyol," kata Morris.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya