Gudang Garam Bantah Isu Merger dan Akuisisi dengan Japan Tobacco

Manajemen PT Gudang Garam Tbk angkat bicara terkait kabar akuisisi dan merger.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Jul 2021, 22:04 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2021, 22:04 WIB
Gudang Garam
Susilo Wonowidjojo, pemilik Gudang Garam sekaligus orang terkaya ke-2 di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memberikan penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait kabar akuisisi dan merger dengan Japan Tobacco.

Mengutip keterbukaan informasi BEI, manajemen PT Gudang Garam Tbk menyatakan tidak terdapat pembicaraan mengenai merger dan akuisisi antara perseroan dengan Japan Tobacoo dan perusahaan asing lainnya hingga penjelasan tersebut disampaikan ke BEI.

"Bahwa sampai dengan tanggal surat penjelasan ini disampaikan, tidak terdapat pembicaraan mengenai merger dan akuisisi antara perseroan dengan Japan Tobacco atau perusahaan asing lainnya,” tulis manajemen PT Gudang Garam Tbk.

Perseroan menyatakan tidak ada informasi dan kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perseroan serta dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 7 Juli 2021, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 1,39 persen ke posisi Rp 40.850. Saham GGRM turun 75 poin ke posisi Rp 41.350 pada pembukaan perdagangan saham.

Saham GGRM berada di level tertinggi Rp 42.350 dan terendah Rp 40.200. Total frekuensi perdagangan saham 3.675 kali dengan volume perdagangan 15.637. Nilai transaksi harian saham Rp 64,4 miliar.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kinerja Gudang Garam Kuartal I 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat pertumbuhan pendapatan, tetapi laba bersih turun sepanjang kuartal I 2021.

PT Gudang Garam Tbk meraup pendapatan Rp 29,74 triliun selama tiga bulan pertama 2021. Realisasi pendapatan itu tumbuh 9,12 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 27,26 triliun. Biaya pokok penjualan naik 15,76 persen menjadi Rp 25,83 triliun pada kuartal I 2021 dari periode kuartal I 2020 sebesar Rp 22,31 triliun.

Laba bruto merosot 20,90 persen dari Rp 4,94 triliun menjadi Rp 3,90 triliun pada kuartal I 2021. Perseroan mencatat kenaikan beban usaha dari Rp 1,70 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp 1,79 triliun pada kuartal I 2021. Beban lainnya naik menjadi Rp 1,04 miliar pada kuartal I 2021. Pendapatan lainnya naik dari Rp 77,43 miliar pada kuartal I 2021 menjadi Rp 120,53 miliar pada kuartal I 2021. Laba kurs perseroan turun menjadi Rp 22,55 miliar pada kuartal I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 26,17 miliar.

Laba usaha merosot 34,64 persen menjadi Rp 2,25 triliun pada kuartal I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,34 triliun.

Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk merosot 28,61 persen menjadi Rp 1,74 triliun pada kuartal I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,44 triliun. Laba per saham dasar dan dilusi merosot menjadi Rp 908 pada kuartal I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1.272.

Total liabilitas perseroan turun menjadi Rp 19,55 triliun pada kuartal I 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 19,66 triliun.

Total ekuitas perseroan naik menjadi Rp 60,26 triliun pada kuartal I 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 58,52 triliun. Total aset perseroan naik menjadi Rp 79,82 triliun pada kuartal I 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 78,19 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 7,69 triliun pada tiga bulan pertama 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya