Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyiapkan scenario untuk memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat mencapai 4-6 minggu. Lalu bagaimana efeknya ke bursa saham?
Head of Equity Trading MNC Sekuritas, Frankie W.Prasetio menuturkan, PPKM Darurat yang sedang berjalan hingga 20 Juli 2021. Akan tetapi, jika angka kasus tambahan COVID-19 masih meninggi, pemerintah siapkan skenario bakal memperpanjang masa PPKM Darurat menjadi enam minggu.
Baca Juga
Ia menambahkan, jika hal ini dilakukan memang bakal berdampak signifikan terhadap mobilitas dan ruang aktivitas masyarakat yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi karena turunnya tingkat konsumsi rumah tangga.
Advertisement
Namun, menurut Frankie, kebijakan ini diharapkan bakal berpengaruh dalam jangka pendek saja demi dongkrak pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
"Karena jika tidak dilakukan kebijakan untuk menghentikan laju kasus COVID-19 ini, diproyeksikan ekonomi Indonesia bakal tertahan lagi pada semester II nantinya,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (13/7/2021).
Ia menilai, efek PPKM Darurat ini ke pasar modal mungkin tidak terlalu signifikan jika nanti PPKM darurat ini diperpanjang. Frankie mencontohkan salah satunya India. Langkah lockdown yang dilakukan India tidak berdampak signifikan ke bursa saham.
"Jadi kita bisa ambil contoh India yang melakukan lockdown akibat tsunami COVID-19 yang luar biasa terjadi di negara tersebut, di mana kebijakan ini tentu bakal menekan pertumbuhan ekonominya juga memukul hampir segala sektor bisnisnya,” kata dia.
Ia menuturkan, langkah lockdown yang dilakukan India untuk meredam penyebaran virus yang menyebabkan COVID-19 supaya bisa terkendali dan kurva penularan bisa kembali diturunkan. “Hal ini ternyata tidak signifikan menurunkan pasar bursanya. Untuk indeks NIFTY 50 malah masih bertumbuh secara year to date sebesar 11,94 persen,” kata dia.
Frankie perkirakan, hal sama bakal terjadi pada bursa saham Indonesia dalam jangka pendek mungkin dapat berdampak buruk. “Akan tetapi dalam satu bulan dari peak sudah kembali normal dan terkendali, jadi dampak terhadap bursa saham harusnya tidak akan buruk,” ujar Frankie.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penutupan IHSG pada 13 Juli 2021
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi hingga satu persen pada perdagangan Selasa, 13 Juli 2021. Namun, investor asing masih cenderung melakukan aksi beli saham.
Pada penutupan perdagangan saham, IHSG melemah 1,09 persen ke posisi 6.012. Indeks saham LQ45 merosot 1,03 persen ke posisi 835,73. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan. Pada selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.114,28 dan terendah 6.004,82. Sebanyak 381 saham melemah sehingga menekan IHSG. 127 saham menguat dan 139 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham 1.310.623 kali dengan volume perdagangan 20,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 11,2 triliun. Investor asing melakukan aksi beli sekitar Rp 91,68 miliar.
Sebagian besar sektor saham tertekan. Indeks sektoral saham IDXTechno turun 2,6 persen, diikuti sektoral saham IDXInfrastruktur melemah 2,43 persen. Indeks sektoral saham IDXHealth susut 1,87 persen. Sementara itu, indeks sektoral IDXTransportasi naik 0,86 persen.
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
-Saham NASA naik 34,88 persen
-Saham NICL naik 34,07 persen
-Saham ARTA naik 25 persen
-Saham DNAR naik 25 persen
-Saham BMAS naik 24,82 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
-Saham IPAC turun 9,9 persen
-Saham PGJO turun 9,09 persen
-Saham SKBM turun 7 persen
Advertisement