Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menyatakan memiliki akses pendanaan untuk obligasi dan pinjaman, tetapi pinjaman perbankan cenderung lebih menjadi pilihan. Hal ini lantaran dengan bunga tetap dan akses lebih mudah.
Sebelumnya baru-baru ini PT Sarana Menara Nusantara Tbk melalui anak usahanya PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dan cucu usaha PT Iforte Solusi Infotek teken perjanjian pinjaman dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk pada 20 Agustus 2021.
Baca Juga
Total pinjaman tersebut Rp 1 triliun dan akan digunakan untuk pembiayaan belanja modal, mendukung kebutuhan umum perusahaan Protelindo dan Iforte termasuk tidak terbatas untuk pembiayaan kembali. Jangka waktu pinjaman tersbeut 48 bulan.
Advertisement
Sebelumnya pada 19 Juli 2021, perseroan melalui Protelindo dan Iforte juga teken perjanjian pinjaman dengan PT Bank Permata Tbk. Adapun perjanjian fasilitas tersebut adalah perubahan dan pernyataan kembali atas perjanjian fasilitas pinjaman berjangka Rp 800 miliar.
Dengan demikian fasilitas pinjaman bergulir yang sebelumnya Rp 800 miliar berkurang menjadi Rp 300 miliar, dan mengubah sisa pinjaman bergulir menjadi pinjaman berjangka sebesar Rp 500 miliar. Tujuan atas perjanjian fasilitas itu untuk mendukung kebutuhan modal kerja dan tujuan umum Iforte. Selain itu, perjanjian valuta asing tidak melebihi USD 3,5 juta.
Perseroan melalui anak usahanya Protelindo juga teken perjanjian pinjaman berjangka dengan MUFG Bank Ltd pada 14 Juli 2021. Keseluruhan jumlah fasilitas ini berdasarkan perjanjian fasilitas sebesar USD 34,80 juta. Tujuan perjanjian fasilitas ini untuk tujuan umum perusahaan Protelindo tetapi tidak terbatas untuk pembiayaan kembali.Jangka waktu pinjaman hingga 14 Juli 2025.
Wakil Direktur Utama PT Sarana Menara Nusantara Tbk, Adam Gifari menuturkan, saat ini punya punya akses pendanaan cukup baik, dan sebagian besar dari perbankan.
Pinjaman bank tersebut untuk membantu bisnis perseroan. Menurut Adam, pinjaman itu untuk financing, refinancing, ada perubahan jatuh tempo utang untuk membantu operasional perseroan. Meski demikian, pihaknya juga terus monitor untuk pertimbangkan obligasi terutama untuk anak usaha Protelindo.
“Obligasi saya rasa likuiditasnya masih lebih dalam perbankan saat ini,” kata dia saat diskusi virtual ditulis Minggu (29/8/2021).
Alasan Memilih Perbankan
Adam mengatakan, kebutuhan perseroan untuk mendapatkan bunga tetap juga dapat dilakukan dengan perbankan. Sejauh ini pendanaan perseroan cukup dengan perbankan meski punya akses untuk obligasi dan perbankan.
“Cuma kita cenderung ke perbankan. Kita punya fasilitas. Di perbankan ada personal-personal yang pada dasarnya kita ketemu, angka telepon, itu keunggulan bank. Satu sisi lain obligasi punya fitur bunga fixed. Tapi sekarang di perbankan pinjaman bunga tetap ada,”ujar dia.
Selain perbankan, Adam menuturkan, pihaknya juga telah menerbitkan sejumlah obligasi baik jangka panjang dan pendek. “Kita punya obligasi 10 tahun jatuh tempo 2024. Ada juga pendek-pendek issue tahun lalu tergantung kondisi market,” ujar dia.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, total liabilitas tercatat turun dari Rp 24,04 triliun pada 30 Juni 2021 dibandingkan Desember 2020 sebesar Rp 24,06 triliun. Komposisi liabilitas itu antara lain pada semester I 2021 yaitu total liabilitas jangka pendek Rp 6,99 triliun dan jangka panjang Rp 17,05 triliun.
Pada liabilitas jangka panjang, tercatat utang obligasi Rp 2,17 triliun pada semester I 2021. Sementara itu, total pinjaman bank baik jatuh tempo dalam 1 tahun dan lebih dari 1 tahun mencapai Rp 15,19 triliun pada 30 Juni 2021, angka ini berkurang dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 16 triliun.
Advertisement
Gerak Saham TOWR
Pada penutupan perdagangan Jumat, 27 Agustus 2021, saham TOWR stagnan di posisi Rp 1.300 per saham. Saham TOWR dibuka stagnan Rp 1.300 per saham.
Saham TOWR berada di level tertinggi Rp 1.310 dan terendah Rp 1.280 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.115 kali dengan volume perdagangan 424.527. Nilai transaksi Rp 55,1 miliar.