Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menyiapkan strategi dengan menyiapkan pencadangan yang kuat pada 2021. Hal ini sebagai antisipasi dampak gelombang kedua COVID-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini menuturkan, pihaknya memiliki strategi membentuk pencadangan yang cukup kuat dan tak menunda kredit bermasalah dan berisiko. Pihaknya menyiapkan anggaran yang cukup pada 2021 termasuk mengantisipasi dampak COVID-19.
Baca Juga
"Saat kami susun planning, sudah siapkan budget cukup untuk tahun ini. Bahkan ini sudah termasuk cover buffer dampak gelombang kedua COVID-19," ujar dia dalam paparan publik live, Senin (6/9/2021).
Advertisement
Emiten berkode BBNI ini juga mengantisipasi dampak PPKM terus berjalan dan relaksasi kredit sehingga masih perlu membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
CKPN ini sebagai cadangan yang dipersiapkan bank untuk hadapi risiko kerugian penurunan nilai aset seperti kredit dan surat berharga.
Hal ini juga dilakukan meski perseroan membukukan kualitas non performing loan (NPL) membaik."Pembentukan CKPN masih diperlukan, cost of credit 3,3 persen-3,6 persen," ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
CKPN Bakal Turun pada 2022
Pihaknya berharap kondisi lebih baik sehingga ekspansi bisnis dapat lebih sehat. Dengan demikian CKPN juga terus turun."Kami optimissis CKPN terus turun, seharusnya kondisi dua tahun ini yang buttom, tahun 2022 seharusnya menjadi lebih baik," ujar dia.
Selain itu, perseroan juga fokus memperkuat modal terutama tier 1 seiring perbaikan profitabilitas BNI. Perseroan ingin meningkatkan kecukupan modal dari 18,2 persen.
"Akan lakukan aksi korporasi sampai dengan akhir tahun meningkatkan rasio tier jadi lebih tinggi lagi. Pada semester pertama 2021 tier 1 dan tier 2 total 18,2 persen. Kalau kita breakdown tier 1 16 persen," ujar dia.
Advertisement