IPO FWD di Bursa AS Dikabarkan Belum Kantongi Persetujuan Otoritas

Perusahaan asuransi FWD menghadapi penolakan dari beberapa investor tentang kekhawatiran atas risiko dan penilaian peraturan.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Okt 2021, 11:15 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2021, 11:15 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) atas perusahaan asuransi FWD Group Holdings Ltd milik miliarder Richard Li terhenti di tengah meningkatnya kegelisahan regulator China.

Sejauh ini FWD  belum mengantongi persetujuan akhir dari Securities and Exchange Commission (SEC) untuk pencatatan di bursa AS, menurut sumber yang ketahui masalah tersebut dikutip dari yahoo finance, ditulis Rabu (20/10/2021).

SEC pun menanyakan risiko kepada perusahaan. Salah satunya terkait apakah pemerintah China dapat memperluas otoritasnya ke perusahaan yang berbasis di Hong Kong seperti FWD ini.

Dari IPO akan mengumpulkan dana sekitar USD 2-3 miliar atau Rp 28,1 – 42,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.082 per dolar AS). FWD menargetkan memulai perdagangan di Wall Street pekan ini.

Meskipun pengumuman tersebut belum resmi. Nampaknya pencatatan saham atau listing FWD semakin tidak mungkin segera selesai tahun ini.

Perusahaan asuransi juga menghadapi penolakan dari beberapa investor tentang kekhawatiran atas risiko dan penilaian peraturan. Perwakilan SEC dan FWD menolak untuk berkomentar.

Investor mulai menghindari listing perusahaan China di AS sejak insiden Didi Global Inc 'ditampar' dengan penyelidikan peraturan dan dilarang ada penambahan pelanggan baru.

Hal ini terjadi setelah beberapa hari melegalkan IPO-nya. Tindakan ini lantas menyebabkan kerugian besar. Dengan penghapusan sebesar USD 1 triliun atau setara Rp 14.082 triliun secara global.

Beijing belum memutuskan proposal selanjutnya terkait aturan pengetatan perusahaan yang lakukan listing di luar negeri dan diperluas ke Hong Kong. Pada Juli, pemerintahan Joe Biden menginformasikan beberapa risiko yang terbatas di China, semakin menjadi perhatian di pusat keuangan Asia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sokongan untuk FWD

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Richard Li, miliarder Hong Kong membangun FWD pada 2013. Li juga menjalankan PCCW Ltd, salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Hong Kong. Salah satu investor FWD adalah Swiss Re AG dan

Fang Fenglei. Keduanya merupakan dealmarket di China kemudian memulai perusahaan ekuitas swasta,Hopu Investmen Management.

Kedatangan investor China memperpanjang harapan FWD untuk kembali mendaftar di bursa AS. Harapannya tentu bisa mendapat izin listing. Setidaknya mampu menjual saham di pasar Hong Kong atau mengumpulkan uang melalui metode lain.

FWD memiliki aset senilai USD 62,5 miliar atau Rp 880,1 triliun pada akhir Juni. Beberapa tahun terakhir sahamnya berkembang ke sepuluh pasar di Asia Tenggara, Hong Kong, Makau dan Jepang.

Athene Life Re Ltd., afiliasi dari perusahaan ekuitas swasta Apollo Global Management Inc., setuju untuk membeli USD 400 juta atau setara Rp 5,6 triliun saham FWD. Athena dan Apollo juga juga akan mengelola sebagian dari portofolio investasi FWD sebagai bagian dari kemitraan strategis.

PCCW dan Pacific Century Group (perusahaan induk Li ) pun menyatakan minatnya untuk investasi sebanyak USD 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun dalam penjualan saham FWD.

Selain itu, Li Ka Shing Foundation, sebuah badan amal yang dimulai oleh ayah Li, akan investasi sebanyak USD 300 juta atau Rp 4,22 triliun.

FWD bergerak ke laba bersih senilai USD 205 juta setara Rp 2,88 truliun pada paruh pertama tahun ini. Dari kerugian bersih USD 318 juta atau sekitar Rp 4,4 triliun selama periode yang sama 2020.

Berdasarkan data perusahaan, pendapatan melesat 53 persen menjadi USD 6 miliar atau senilai Rp 84,4 triliun.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya