Wall Street Kembali Cetak Rekor Tersengat Saham Microsoft

Wall street kompak menguat pada perdagangan akhir Oktober 2021 meski laporan keuangan ada yang mengecewakan.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Okt 2021, 20:02 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2021, 07:09 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Jumat, 29 Oktober 2021. Investor melihat hasil mengecewakan dari kinerja keuangan perusahaan-perusahaan besar.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 ditutup ke posisi 4.605,38. Indeks Dow Jones bertambah 89,08 poin atau 0,25 persen menjadi 35.819,56. Indeks Nasdaq menguat 0,33 persen menjadi 15.498,39.

Tiga indeks acuan menguat hingga sentuh rekor tertinggi. Indeks S&P 500 dan Nasdaq meraih bulan terbaik sejak November 2020.

Kinerja positif ini datang meski laporan kuartal III lemeah dari dua perusahaan berkapitalisasi besar.  Saham Amazon turun 2,1 persen setelah raksasa e-commerce membukukan pendapatan belum sesuai harapan.

Saham Apple turun 1,8 persen setelah pendapatan kuartalan raksasa teknologi itu jauh dari harapan di tengah kendala pasokan lebih besar dari perkiraan pada iPhone, iPad dan Mac. Ini adalah pertama kalinya pendapatan Apple meleset dari perkiraan wall street sejak Mei 2017.

Namun, saham Microsoft naik 2,2 persen untuk melampaui Apple sebagai perusahaan tercatat terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Saham Nike dan Intel juga mencatat kinerja solid untuk dongkrak indeks Dow Jones.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pasar Saham AS Cetak Rekor

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Terlepas dari hasil mengecewakan perusahaan kapitalisasi besar atau big tech, pasar saham telah mencatat rekor di tengah pendapatan yang solid bahkan dengan kekhawatiran rantai pasokan global.

Sekitar setengah dari S&P 500 telah melaporkan hasil kuartalan dan lebih dari 80 persen mengalahkan perkiraan laba dari analis wall street. Perusahaan S&P 500 diharapkan dapat meningkatkan laba sebesar 38,6 persen year over year (yoy).

"Sejauh ini, saya pikir adil untuk mengatakan perusahaan telah berhasil menavigasi tantangan ini secara efektif, tentu saja mendapat keuntungan dari permintaan yang kuat,” ujar Investment Strategist Edward Jones, Angelo Kourkafas dilansir dari CNBC, Sabtu (30/10/2021).

Ia menambahkan, tekanan biaya ini akan muncul sebagai pendapatan yang berkurang dan margin keuntungan berpotensi lebih rendah.

“Tetapi saya pikir sejauh ini, dengan sekitar setengah dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan penilaian awal adalah profitabilitas tetap cukup tangguh karena permintaan yang kuat dan kekuatan harga,’ kata dia.

Saham Exxon Mobil dan Chevron naik pada Jumat pekan ini setelah raksasa energi itu melampaui harapan pendapatan. Sementara itu, Starbucks berada di bawah tekanan setelah pendapatan dari Chine meleset dari harapan.


Indeks Acuan Membukukan Kinerja Positif

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Di sisi lain, rata-rata indeks acuan membukukan kinerja positif pada pekan keempat dan berakhir dengan lebih tinggi pada Oktober 2021. Indeks Nasdaq naik 7,2 persen pada Oktober 2021.

Sedangkan indeks S&P 500 menguat 6,9 persen. Indeks Dow Jones bertambah 5,8 persen, dan catat kinerja terbaik sejak Maret.  Indeks acuan membukukan kinerja positif sepanjang Oktober dan menandai pembalikan arah dari September yang sebelumnya indeks utama turun.

Sentimen pasar juga terbantu oleh perkembangan di Washington. Pada Kamis pekan ini, Presiden AS Joe Biden mengumumkan kerangka kerja untuk kesepakatan pengeluaran sosial senilai USD 1,75 triliun.

Kesepakatan itu diharapkan mempermudah pengesahan RUU pengeluaran infrastruktur yang saat ini terhenti di Capitol Hill.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya