Presiden Komisaris DCII Marina Budiman Masuk Jajaran Asia's Power Businesswomen 2021

Dua pebisnis perempuan asal Indonesia masuk jajaran Asia’s Power Businesswomen 2021. Salah satunya Presiden Komisaris DCII Marina Budiman.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Nov 2021, 19:35 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2021, 19:35 WIB
Presiden Komisaris PT DCI Indonesia Tbk (DCII) Marina Budiman (Dok: PT DCI Indonesia Tbk)
Presiden Komisaris PT DCI Indonesia Tbk (DCII) Marina Budiman (Dok: PT DCI Indonesia Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - Forbes mengumumkan daftar Asia’s Power Businesswomen 2021, yang terdapat 20 pemimpin bisnis perempuan di kawasan Asia Pasifik dalam jajaran tersebut.

Editor Asia’s Power Businesswomen 2021, Rana Wehbe Watson menuturkan, pelaku bisnis di Asia Pasifik terutama perempuan terus mendobrak hambatan dan memperluas bisnisnya meski hadapi pandemi COVID-19.

Dalam daftar Asia’s Power Businesswomen tersebut ada 20 pebisnis yang berhasil beradaptasi dan berkembang di industri termasuk teknologi, perawatan kesehatan, perbankan dan manufaktur. "Mereka memimpin saat dunia berjuang dengan realitas pasca COVID-19," ujar dia dikutip dari laman Forbes, Selasa (2/11/2021).

Semua pengusaha wanita yang disorot pada 2021 adalah pendatang baru dalam daftar tersebut yang makin memperluas jaringan bisnis terkemuka di Asia. Pebisnis perempuan tersebut dipilih karena prestasi dalam mengelola bisnis dengan pendapatan atau valuasi startup lebih dari USD 100 juta.

Di antara 20 perempuan tersebut, ada dua dari Indonesia. Salah satunya menjabat sebagai Presiden Komisaris PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yaitu Marina Budiman.

Ia salah satu pendiri dan presiden Komisaris DCI Indonesia, operator pusat data terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 50 persen. DCI Indonesia juga merupakan pusat data tingkat IV pertama di Asia Tenggara, peringkat industri tertinggi untuk keandalan dan ketahanan.

Dengan nilai sekitar USD 7 miliar atau sekitar Rp 99,82 triliun (asumsi kurs Rp 14.260 per dolar AS), DCI Indonesia kini menjadi salah satu perusahaan publik paling berharga di Indonesia.

Mengutip Forbes, hal yang membuat investor terkesan bagaimana pun kenaikan sekitar 11.000 persen saham DCII sejak pencatatan saham perdana pada Januari 2021. Forbes menyebutkan, pengusaha Anthoni Salim juga meningkatkan kepemilikan saham di DCII pada Mei 2021 menjadi 11 persen dari 3 persen.

"Anda tidak akan pernah bosan dengan sektor teknologi," ujar Marina.

Ia menuturkan, perubahan menjadi konstan, inovasi menjadi lebih cepat dan makin cepat.

Perempuan berusia 60 tahun ini awalnya ingin menjadi bankir. Ia mendapatkan gelar sarjana di bidang keuangan dan ekonomi dari University of Toronto dan mendapatkan pekerjana di Bank Bali. Selama di sana, ia mengambil bagian dalam proyek bank untuk install perangkat lunak pada 1985.

“Itu adalah pertama kalinya saya mengetahui bagaimana teknologi membantu bisnis,” ujar dia.

Selanjutnya ia pun beralih ke sektor teknologi. Ia mendirikan DCI Indonesia pada 2011 bersama enam orang lainnya.

Seiring ledakan digital di Indonesia, perseroan membukukan kenaikan pendapatan 81 persen dan laba 57 persen selama tiga tahun terakhir.

Daftar pelanggan unggulannya mencakup 44 perusahaan telekomunikasi, 134 perusahaan keuangan dan sejumlah perusahaan e-commerce terbesar di Asia. Saham Budiman di DCI Indonesia (DCII) bernilai lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,26 triliun.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

COO Xendit Tessa Wijaya

COO Xendit, Tessa Wijaya
COO Xendit, Tessa Wijaya

Selain Marina Budiman, COO Xendit, Tessa Wijaya juga masuk jajaran Asia’s Power Businesswomen 2021. Wijaya bergabung dengan startup pembayaran Xendit pada 2016.

Pada 2018, ia menjadi Chief Operating Officer sekaligus mendapatkan gelar salah satu pendiri. Sebelum Xendit, ia habiskan enam tahun di private equity, mempelajari keterampilan yang menurut dia membantu mengembangkan startup.

Xendit menjadi unicorn pada September setelah kumpulkan USD 150 juta dalam pendanaan seri C yang dipimpin oleh Tiger Global Management. Xendit telah berkembang di luar Indonesia dengan memasuki pasar Filipina pada Desember 2020.

Ia juga berharap untuk perluas bisnis ke Malaysia, Singapura dan Vietnam dalam dua tahun ke depan dan menawarkan pinjaman modal kerja dalam waktu dekat.

Dari Januari-September 2021, startup itu membukukan volume pembayaran USD 10 miliar, naik hampir empat kali lipat dari periode sama tahun lalu. Sebagai advokat, ia juga semangat untuk lebih banyak perempuan berkarya di sektor teknologi.

Ia memprakarsai program Women in Tech Indonesia. Sebuah platform dengan pengusaha perempuan dan profesional teknologi berbagi pengalaman dalam lokakarya dan forum digital. Wijaya menuturkan, sekitar 40 persen staf Xendit adalah perempuan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya