Bursa Saham Asia Melambung Setelah The Fed Umumkan Tapering

Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Kamis, 4 November 2021 ikuti wall street setelah the Fed umumkan tapering.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 04 Nov 2021, 08:58 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2021, 08:58 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melambung pada perdagangan Kamis pagi (4/11/2021). Wall street menguat seiring bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve mengumumkan akan mulai tapering atau pengurangan pembelian obligasi pada akhir November 2021.

Di Jepang, indeks Nikkei naik 1,06 persen pada awal sesi perdagangan. Saham Fast Retailing melompat lebih dari dua persen. Indeks Topix melonjak 0,71 persen.

Indeks Korea Selatan Kospi melambung 1,09 persen. Indeks Australia ASX 200 mendaki 0,3 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,3 persen.

Sedangkan bursa saham di Singapura, Malaysia dan India libur. Demikian dikutip dari laman CNBC, Kamis pekan ini.

The Fed mengumumkan akan mulai mengurangi laju pembelian obligasi bulanan akhir bulan ini. Langkah tersebut sejalan dengan ekspektasi pasar menyusul serangkaian sinyal sebelumnya dari bank sentral AS yang akan mulai hentikan program stimulus yang sebelumnya dirilis sebagai tanggapan terhadap pandemi COVID-19 pada Maret 2020.

Indeks utama di wall street naik ke rekor baru pada Rabu, 3 November 2021 setelah pengumuman the Fed. Indeks Dow Jones naik 104,95 poin menjadi 36.157,58. Indeks S&P 500 naik 0,65 persen menjadi 4.660,57. Indeks Nasdaq bertambah 1,04 persen menjadi 15.811,58.

Indeks dolar AS berada di posisi 93,84 setelah di posisi 94. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 114,06 per dolar AS.

Harga minyak melemah pada jam perdagangan di Asia dengan harga minyak Brent berjangka turun 0,71 persen ke posisi USD 81,42 per barel. Harga minyak berjangka Amerika Serikat merosot 0,74 persen ke posisi USD 80,26 per barel.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


The Fed Umumkan Tapering

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mengumumkan akan segera mulai mengurangi laju pembelian obligasi bulanannya. Ini langkah pertama untuk kembali menarik sejumlah stimulus yang diberikan the Fed kepada pasar dan ekonomi.

Federal Open Market Committee (FOMC) menyebutkan penurunan pembelian obligasi akan dimulai akhir bulan ini. The Fed akan kurangi USD 15 miliar setiap bulan antara lain USD 10 miliar dalam treasury atau surat berharga dan USD 5 miliar mortgage-backed-securities atau sekuritas berbasis hipotek dari aksi pembelian the Fed sebesar USD 120 miliar per bulan.

FOMC mengatakan, langkah itu dilakukan mengingat kemajuan substansial lebih lanjut yang telah dibuat ekonomi menuju tujuan FOMC sejak Desember lalu.

Pernyataan FOMC yang disetujui dengan suara bulat menekankan the Fed tidak berada di jalur yang telah ditentukan sebenarnya akan melakukan penyesuaian proses jika perlu.

“Komite menilai pengurangan serupa dalam laju pembelian aset bersih kemungkinan akan sesuai setiap bulan, tetapi siap untuk menyesuaikan laju pembelian jika dijamin oleh perubahan prospek eknomi,” kata Komite, dilansir dari CNBC, Kamis, 4 November 2021.

Langkah itu sejalan dengan ekspektasi pasar menyusul serangkaian sinyal the Fed akan mulai mempercepat program pengurangan stimulus. Stimulus diberikan sebagai respons terhadap pandemi COVID-19 pada Maret 2020.

Pasar bereaksi positif dengan saham menguat dan imbal hasil obligasi pemerintah naik. Seiring langkah untuk mengurangi, the Fed juga mengubah pandangannya tentang inflasi hanya sedikit. The Fed mengakui kenaikan harga lebih cepat dan bertahan lama dari pada yang diperkirakan oleh bank sentral tetapi masih tidak mendukung penggunaan kata “sementara”.

“Inflasi meningkat, sebagian besar mencerminkan faktor-faktor yang diperkirakan bersifat sementara,” dikutip dari pernyataan itu.

“Ketidakseimbangan pasokan dan permintaan terkait dengan pandemi COVID-19 dan pembukaan kembali ekonomi telah berkontribusi pada kenaikan harga yang cukup besar di beberapa sektor,”.

Banyak pelaku pasar mengharapkan the Fed untuk menghentikan bahasa sementara mengingat kenaikan inflasi yang terus menerus.

“The Fed meluncurkan penurunan quantative easing (QE) hari ini, seperti yang diharapkan secara luas, tetapi masih bersikeras lonjakan inflasi “sebagian besar” bersifat sementara yang menunjukkan the dovish masih memilih keunggulan,” tulis Ekonom Capital Economics, Paul Ashworth.


Tidak Naikkan Suku Bunga

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sementara itu, Ketua the Fed Jerome Powell memperkirakan, inflasi akan terus meningkat karena masalah pasokan berlanjut dan kemudian mulai mundur sekitar pertengahan 2022.

“Harapan dasar kami adalah kemacetan dan kekurangan rantai pasokan akan bertahan hingga tahun depan dan juga meningkatkan inflasi,” ujar dia.

Ia mengatakan, seiring kemacetan rantai pasokan akan mereda dan pertumbuhan akan naik, ketika itu terjadi, inflasi akan turun dari level yang meningkat saat ini. Pernyataan itu juga mencatat ekonomi akan terus membaik terutama setelah masalah rantai pasokan diselesaikan.

“Kemajuan vaksinasi dan pelonggaran kendala pasokan diharapkan dapat mendukung peningkatan berkelanjutan dalam kegiatan ekonomi dan lapangan kerja serta pengurangan inflasi,” kata komite.

FOMC memilih untuk tidak menaikkan suku bunga mendekat nol. Langkah ini juga diharapkan oleh pasar.  Ikatan antara suku bunga dan pengurangan adalah penting, dan pernyataan tersebut menekankan investor tidak boleh melihat pengurangan pembelian obligasi sebagai sinyal kenaikan suku bunga sudah dekat.

“Kami rasa belum saatnya menaikkan suku bunga. Masih ada alasan untuk (tidak menaikkan suku bunga-red)” ujar Powell.

Ia menambahkan, kalau ingin melihat pasar tenaga kerja sembuh lebih jauh.”Dan kami memiliki alasan yang sangat baik untuk berpikir itu akan terjadi ketika varian delta menurun yang sedang terjadi sekarang,” tutur dia.

Pada jadwal saat ini, pengurangan pembelian obligasi akan berakhir sekitar Juli 2022. Pejabat mengatakan tidak membayangkan kenaikan suku bunga dimulai sampai tapering selesai. Dari proyeksi yang dirilis pada September menunjukkan satu kenaikan paling banyak datang apda 2022.

Pasar, bagaimana pun telah lebih agresif dalam penetapan harga. Pada satu titik menunjukkan sebanyak tiga kali kenaikan pada 2022.Sentimen itu telah mereda dalam beberapa hari terakhir karena wall street mengantisipasi the Fed yang lebih dovish karena mencoba menyeimbangkan pertumbuhan yang melambat dan kenaikan inflasi.

Inflasi telah mencapai level tertinggi dalam 30 tahun didorong oleh rantai pasokan yang tersumbat, permintaan konsumen yang lebih tinggi dan kenaikan upah yang berasal dari kekurangan tenaga kerja yang kronis. Pejabat the Fed mempertahankan inflasi pada akhirnya akan kembali ke target dua persen. Namun, hal itu bisa memakan waktu lebih lama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya