Wall Street Melemah Imbas Kekhawatiran Inflasi

Wall street merosot pada perdagangan Rabu, 17 November 2021 didorong kekhawatiran investor terhadap inflasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Nov 2021, 06:40 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2021, 06:40 WIB
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 17 November 2021. Hal ini seiring investor mempertimbangkan kelanjutan laporan laba yang kuat dari ritel besar dan kekhawatiran inflasi masih ada.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 211,17 poin atau 0,5 persen , Indeks Dow Jones melemah didorong saham Visa yang anjlok 4,7 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 0,2 persen menjadi 4.668,67. Indeks Nasdaq merosot 0,3 persen 0,3 persen menjadi 15.921,57.

Pergerakan indeks acuan di wall street datang dari kondisi bursa saham yang positif dengan rata-rata indeks acuan menguat setelah data ekonomi dan laba perusahaan isyaratkan konsumen AS meningkatkan pengeluaran meski ada kenaikan harga. Indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat pada pekan ini, sementara Dow Jones tertinggal.

“Pasar tampaknya mempertimbangkan inflasi, pertumbuhan, dan margin karena beberapa ritel terbesar di negara itu telah melaporkan hasil kuartalan Oktober pekan ini masih bagus,” ujar Jeff Currie dari Golman Sachs, dilansir dari CNBC, Kamis (18/11/2021).

Ia menuturkan,  hasil kuartalan tersebut mengungkapkan peningkatan tekanan margin setelah masalah rantai pasokan dan kekurangan tenaga kerja.

Raksasa ritel Target membukukan kinerja keuangan baik pendapatan dan laba yang kalahkan perkiraan. Akan tetapi, CEO Target mencatat kenaikan biaya mungkin berdampak pada perusahaan ke depan karena berencana serap biaya tersebut dari pada meneruskannya ke pelanggan. Saham Target turun sekitar 4,7 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saham Ritel

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Saham raksasa ritel Lowe naik hampir 0,4 persen setelah perusahaan tidak hanya melampaui perkiraan dari Street tetapi juga menaikkan perkiraan penjualan setahun penuh. Saham TJX melonjak 5,8 persen setelah perusahaan melaporkan pendapatan kuartalan mengalahkan laba dan pendapatan.

“Konsumen membelanjakan dan terlibat dalam ekonomi ini pada tingkat yang melampaui ekspektasi,” ujar Portfolio Manager Globalt Investments, Keith Buchanan, dilansir dari CNBC, Kamis (18/11/2021).

Ia menuturkan, apa yang memukul pasar untuk Target dan Walmart, dua ritel terbesar di AS, biaya menjalankan bisnis itu melampaui konsumen yang kuat.

Walmart melaporkan kinerja lebih baik dari perkirana meski sahamnya turun. SDPR S&P Retail ETF susut hampir 2,3 persen pada Rabu, 17 November 2021.

Namun, ritel telah didorong kenaikan penjualan di toko yang sebagian besar didorong lalu lintas lebih tinggi dan pertumbuhan digital yang solid di tengah permintaan terpendam dari konsumen selama musim panas.

Namun, investor mengantisipasi dorongan belanja liburan pada akhir tahun. Buchanan menambahkan, investor bergulat dengan berapa lama waktu yang baik dapat bertahan dan seperti apa 2022.

“Kali ini tahun lalu kita melihat 2021 sebagai tahun rebound, tahun kembali normal,” ujar dia.

Ia menambahkan, 2021 yang berakhir dengan catatan kuat ada lebih banyak optimisme yang dibangun pada 2022 bisa lebih baik dari yang diharapkan. Namun, menimbulkan pertanyaan apa konsekuensi yang tidak diinginkan. Ia menuturkan, ketidakpastian yang terus berlanjut mengenai inflasi yang tinggi dan kebijakan moneter the Fed.

Gerak Saham di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Di sisi lain, saham Tesla naik 3,2 persen. Hal ini terjadi setelah saham Tesla koreksi 15,4 persen pada pekan lalu seiring CEO Elon Musk mulai aksi jual saham Tesla.

Saham Microsoft sedikit naik untuk mencapai rekor intraday baru karena investor keluar dari value saham dan keuangan sebagian besar turun. Saham energi termasuk di antara penghambat indeks S&P 500 dan bertaruh pada saham teknologi memasuki akhir tahun. Saham Amazon naik 0,2 persen dan Apple menguat 1,6 persen.

Indeks Nasdaq yang memimpin indeks acuan untuk kuartal tersebut. Saham Nasdaq bertambah 10,1 persen.

Sementara itu, saham Visa turun setelah Amazon mengatakan akan berhenti menerima pembayaran yang dilakukan dengan kartu kredit Visa yang diterbitkan di Inggris mulai 2022.

Perubahan itu terjadi tak lama setelah Visa menaikkan biaya pertukaran untuk transaksi Inggris dan Uni Eropa.

Saham Mastercard yang juga telah meningkatkan biaya pertukaraan Uni Eropa-Inggris juga turun 2,8 persen. Saham produsen cho Nvidia melemah 3,1 persen jelang laporan pendapatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya