Prospek Cerah, Industri Pertanian Bakal Jadi Primadona Baru di Pasar Modal

Indonesia sebagai negara dengan lahan pertanian, kehutanan, dan perikanan yang terbesar di Asia Tenggara, memiliki modal untuk bisa menguasai pasar global.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Des 2021, 18:30 WIB
Diterbitkan 02 Des 2021, 18:30 WIB
Webinar industri pertanian di pusaran pasar modal, Kamis (2/12/2021) (Foto: tangkapan layar/Pipit I)
Webinar industri pertanian di pusaran pasar modal, Kamis (2/12/2021) (Foto: tangkapan layar/Pipit I)

Liputan6.com, Jakarta - Kontribusi industri pertanian terhadap ekonomi Indonesia cukup signifikan pada dua tahun belakangan ini. Sektor pertanian berhasil bertahan di tengah gempuran krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2021, sektor pertanian memiliki kontribusi yang tinggi, baik terhadap produk domestik bruto (PDB) maupun serapan tenaga kerja. Dalam paparannya, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menjelaskan sektor pertanian memiliki kontribusi 14,3 persen terhadap PDB.

Sementara serapan tenaga kerja di sektor pertanian juga berhasil terjaga di 29,5 persen per Februari 2021. Bahkan meningkat 0,36 persen dari tahun sebelumnya mencapai 37,1 juta orang.

"Ketika sektor usaha lainnya mengalami penurunan serapan tenaga kerja, data per Februari 2021 justru menunjukkan sektor pertanian berhasil menyerap 29,5 persen total lapangan kerja,” ungkap Bhima dalam webinar Potensi Industri Pertanian di Pusaran Pasar Modal, Kamis (2/12/2021).

Bhima menuturkan, Indonesia sebagai negara dengan lahan pertanian, kehutanan, dan perikanan yang terbesar di Asia Tenggara, memiliki modal untuk bisa menguasai pasar global. Untuk itu, Bhima menekankan pentingnya menjaga produktivitas pertanian dan tata kelola lahan.

Dengan meningkatnya produktivitas, performa perusahaan di sektor pertanian akan semakin dilirik oleh pegiat saham di pasar modal. Hal ini akan semakin memperkuat ketertarikan publik terhadap saham-saham dari industri pertanian.

Dari sisi potensi investasi, Bhima menilai sektor pertanian memiliki prospek yang cerah khususnya di pasar modal. Sektor ini juga tidak kalah menarik dibanding sektor yang sedang naik daun, seperti e-commerce dan digitalisasi di sektor keuangan.

"Buktinya emiten-emiten saham berbasis komoditas pertanian dan perkebunan tercatat mengalami kenaikan yang signifikan selama masa pandemi. Beberapa investor global bahkan meyakini ditengah tantangan pemulihan ekonomi, performa sektor pertanian akan menjadi champion dalam jangka panjang,” ujar Bhima.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harapan Bangkitkan Ekonomi Indonesia

FOTO: Aktivitas Petani Lahan Garapan di Utara Jakarta
Foto udara aktivitas petani di lahan garapan kawasan Papanggo, Jakarta Utara, Rabu (1/12/2021). Para petani di kawasan tersebut menggantungkan hidup dengan menyewa lahan garapan untuk bercocok tanam sayuran seperti kangkung, bayam, ubi, dan daun kemangi. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Untuk menjawab tantangan peningkatan produktivitas, Bhima mengatakan dibutuhkan ketersediaan pupuk untuk menjaga produktivitas lahan pertanian.

Bhima menyebut kecermatan dalam distribusi pupuk akan menjamin ketersediaan pupuk yang dibutuhkan oleh para pengelola lahan. Ketersediaan pupuk bersubsidi menjadi urat nadi dari keberlangsungan produksi pangan.

Oleh karena itu, dia menuturkan, perusahaan penyedia pupuk perlu mendapatkan dukungan penuh khususnya dari sisi penambahan investasi baru.

Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Muhammad Firdaus mengatakan pertanian menjadi sebuah jawaban sekaligus harapan dalam membangkitkan ekonomi nasional.

"Potensinya sangat besar sebagai industri yang menjanjikan dalam hal investasi, terutama jika melihat perannya yang sangat vital bagi stabilitas sebuah negara,” kata Firdaus.

Dalam catatannya, pada akhir 2020 lalu sektor pertanian menjadi satu-satunya yang bertumbuh positif (2,59 persen yoy). Pada kuartal II 2021, pertumbuhan tertinggi (12,93 persen yoy). Nilai ekspor pertanian meningkat lebih dari 47 persen pada 2021 dibandingkan periode 2020.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya