Gantikan Bob Iger, Susan Arnold Jadi Bos Disney

Bob Iger akan meninggalkan jajaran eksekutif Disney pada akhir tahun tepatnya 31 Desember 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Des 2021, 08:21 WIB
Diterbitkan 03 Des 2021, 04:31 WIB
Disney Plus Hotstar APAC Content Showcase. (Disney)
Disney Plus Hotstar APAC Content Showcase. (Disney)

Liputan6.com, Jakarta - Disney mengumumkan Susan Arnold menjabat sebagai chairman Disney. Sebelumnya jabatan ini diisi Bob Iger tetapi dia mengundurkan diri sebagai CEO Disney pada awal 2020.

Iger telah menjabat sebagai ketua dewan kurang lebih sembilan tahun sejak 2012. Bob Iger akan meninggalkan jajaran eksekutif Disney pada akhir tahun tepatnya 31 Desember 2021.

Arnold sudah bekerja di Disney selama 14 tahun. Jabatan terakhir yang dia emban yakni selaku direktur utama independen perusahaan sejak 2018. Arnold bahkan merangkap menjadi eksekutif operasi di The Carlyle Group hingga tahun ini. 

Berdasarkan rekam jejak Arnold, tidak perlu lagu ragu lagi kepiawaiannya dalam memimpin sebuah perusahaan. Perempuan ini pernah memegang amanah sebagai presiden unit bisnis global Procter & Gamble dari 2007- 2009. Pada periode yang hampir bersamaan yakni 2006-2008, dia merupakan anggota dewan di McDonald’s.

"Baru-baru ini di dia (Susan Arnoldi) menjabat sebagai direktur utama independen. Susan adalah pilihan yang sempurna untuk Ketua Dewan. Saya yakin perusahaan berada di posisi yang baik untuk kesuksesan yang berkelanjutan di bawah bimbingan dan kepemimpinannya,” ujarIger dalam sebuah pernyataan, dilansir dari laman CNBC, Kamis (2/12/2021).

Iger merupakan kunci dalam upaya Disney menjadi pionir media sosial melalui akuisisi dan permainan konten. Saham Disney relatif datar dalam perdagangan setelah jam kerja. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan Wall Street pada 1 Desember 2021

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 1 Desember 2021. Wall street tertekan setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengkonfirmasi kasus pertama omicron di AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow  Jones turun 461,68 poin menjadi 34.022,04. Sebelumnya indeks Dow Jones sempat naik lebih dari 520 poin. Indeks S&P 500 merosot hampir 1,2 persen ke posisi 4.513,04. Indeks Nasdaq tergelincir 1,8 persen menjadi 15.254,05 setelah naik 1,8 persen pada awal sesi perdagangan.

Pergerakan wall street pada Rabu pekan ini melanjutkan rentetan volatilitas dari empat sesi terakhir karena munculnya ancaman omicron. Demikian dilansir dari CNBC, Kamis (2/12/2021).

Pembalikan saham terjadi setelah CDC melaporkan kasus pertama varian baru COVID-19 omicron di California, AS. Omicron pertama kali terdeteksi pekan lalu di Afrika Selatan telah dilaporkan setidaknya di 23 negara, menurut World Health Organization (WHO).

Saham perjalanan mencatat performa yang buruk seiring kasus pertama di AS. Saham American Airlines turun hampir 8 persen, Delta Air Lines tergelincir 7,3 persen, dan United Airlines susut 7,5 persen. Saham Boieng merosot 4,8 persen.

Sementara itu, saham Norwegian Cruise Line Holdings dan Karnaval masing-masing merosot 8,8 persen dan 7 persen. Saham Wynn Resorts turun 6,1 persen dan Hilton Worldwide merosot 3,8 persen.

Saham ritel juga terpukul pada Rabu pekan ini. Saham Nordstrom melemah 5,3 persen. Saham Kohl tergelincir 5,6 persen. Saham Best Buy dan Macy masing-masing turun 4,3 persen dan 4,6 persen.

Indeks Russell 2000 merosot 2,3 persen.”Rasanya seolah-olah pasar bertanya-tanya kapan, bukan apakah akan ada varian baru di negara kita,” ujar National Securities Chief Market Strategist Art Hogan.

Namun, dia belum khawatir tentang dampak pasar dari omicron. “Saya pikir kita berada di tempat sekarang di mana kita memahami ada dampak yang berkurang dengan gelombang baru dan varian baru dengan virus ini,” ujar Hogan.

Steve Masscocca dari Wedbush Securities menambahkan, sejumlah aksi jual terkait dengan tax-loss selling dan itu akan terus berlanjut. “Saya pikir itu adalah tax-loss selling. Saya pikir banyak saham akan menjadi lebih tertekan karena individu mengambil tax losses karena memiliki begitu banyak keuntungan di tempat lain,” tutur dia.

Ancaman baru terhadap pemulihan dari pandemi COVID-19 yang menyebabkan sejumlah larangan bepergian diintesifkan oleh the Federal Reserve yang mempertimbangkan untuk keluar lebih cepat dari yang direncanakan dari kebijakan moneternya.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik sembilan poin menjadi 1,5 persen pada awal sesi perdagangan Rabu pekan ini. Akan tetapi, imbal hasil obligasi AS turun menjadi 1,41 persen.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya