Varian Omicron Picu IHSG Melemah 0,35 Persen pada 29 November-3 Desember 2021

Gerak IHSG lesu pada 29 November-3 Desember 2021. Hal itu juga mendorong kapitalisasi pasar saham menyusut 0,30 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Des 2021, 08:29 WIB
Diterbitkan 04 Des 2021, 08:29 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alami koreksi pada pekan ini seiring kekhawatiran terhadap varian baru COVID-19, omicron. IHSG turun 0,35 persen menjadi 6.538,50 pada 29 November-3 Desember 2021 dari pekan sebelumnya 6.561,55.

Hal itu juga mendorong kapitalisasi pasar bursa susut 0,30 persen menjadi Rp 8.098,62 triliun dari Rp 8.123,09 triliun pada penutupan pekan lalu.

Analis PT Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy menuturkan, bursa saham masih bergejolak seiring sentimen varian baru COVID-19, omicron. Hal itu terjadi tidak hanya di pasar saham Indonesia tetapi juga global. Pelaku pasar dinilai menanti penjelasan lengkap mengenai varian baru COVID-19 ini.

"Sampai ada kejelasan mengenai parahnya varian baru, saya pikir akan terus volatile. Seharusnya mulai kelihatan minggu depan varian barunya ganas atau tidak,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Sabtu (4/12/2021).

Ia menambahkan, jika varian baru COVID-19 tersebut mudah menyebar dapat melumpuhkan perawatan kesehatan seperti Juli 2021. Hal itu menjadi kekhawatiran pelaku pasar. "Kalau itu terjadi bisa ada ancaman lockdown atau PPKM ketat lagi,” kata dia.

Sementara itu, terkait pengurangan pembelian obligasi atau tapering bank sentral Amerika Serikat (AS), Jimmya menilai belum terjadi sentimen negatif di pasar saham. “Memang ada indikasi akan taper lebih cepat. Tapi kalau melihat inflasi yang memang akhir-akhir ini tinggi seharusnya sudah kelihatan ada potensi tapering lebih cepat,” ujar dia.

Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi bursa selama sepekan melemah 0,64 persen menjadi 1.359.699 transaksi dari 1.368.518 transaksi pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian bursa susut 5,11 persen menjadi 22,990 miliar saham dari 24,227 miliar saham pada penutupan pekan lalu.

Investor asing mencatat aksi jual Rp 527,68 miliar pada Jumat, 3 Desember 2021. Sepanjang 2021, investor asing mencatat aksi beli bersih Rp 35,47 triliun.

Sedangkan, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) meningkat 5,74 persen menjadi Rp 15,30 triliun dari Rp 14,47 triliun pada pekan lalu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Total Emisi Obligasi

Syariah, Dolar AS, Saham, Obligasi? Optimalkan Potensi Tumbuh Dana Anda.
(Foto:Ilustrasi)

Pada pekan ini, PT Steel Pipe Industry Of Indonesia Tbk menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I SPINDO Tahap I Tahun 2021 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I SPINDO Tahap I Tahun 2021 yang resmi dicatatkan di BEI dengan nilai nominal obligasi sebesar Rp 150 miliar dan jumlah dana Sukuk sebesar Rp 150 miliar.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) memberikan peringkat idA- (Single A Minus) untuk Obligasi, sedangkan untuk sukuk adalah idA-(sy) (Single A Minus Syariah). Bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2021 adalah 89 emisi dari 52 Perusahaan Tercatat senilai Rp91,31 triliun.

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sampai dengan saat ini 479 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp426,21 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 125 Perusahaan Tercatat.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 139 seri dengan nilai nominal Rp4.468,88 triliun dan USD300,00 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp5,33 triliun

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya