Liputan6.com, New York - Warga Amerika Serikat (AS) tidak akan dapat membeli sepatu dan pakaian Nike di salah satu toko ritel terbesar mulai 2022.
Nike mengumumkan pemutusan hubungan kontrak dengan DWS dan beberapa toko lainnya sehingga berhenti menjual produk pada 2022. Perusahaan mengalihkan penjualan produknnya melalui toko resmi, situs daring, aplikasi seluler, dan ritel-ritel terpilih.
Advertisement
Baca Juga
Produsen sepatu dan pakaian secara signifikan memangkas jumlah pengecer offline yang menjual berbagai produk Nike dalam beberapa tahun terakhir. Tujuannya untuk meningkatkan keuntungan dan memperketat kontrol terkait bagaiamana cara memamerkan produknya.
Advertisement
Langkah ini merugikan beberapa toko sepatu kets dan atletik independen yang bergantung pada penjualan Nike. Produsen sepatu terbesar di dunia ini sangat berpengaruh dalam menggaet pelanggan.
Melalui panggilan telepon, Designer Brand (DBI) sebagai induk DWS mengungkapkan Nike mengirim produk terakhirnya ke perusaahaan pada September. Setelah DWS menjual produk di toko dan e-commerce maka Nike akan menghilang dari rak.
Nike merupakan pemasok barang atlet kterbesar di DWS. Setidaknya menyumbang 7 persen dari penjualan ritel terbesar AS pada 2020.
Direktur Keuangan Nike, Matthew Friend menuturkan perusahaan telah mengeluarkan sekitar 50 persen mitra ritelnya sejak pengumuman strategi baru pada 2017. Saat itu, Nike menjelaskan akan berfokus pada sumber daya, pemasaran, dan produk unggulan hanya pada 40 mitra ritelnya saja, mencakup Foot Lokcer (FL) dan Dick's Sporting Goods (DKS).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pesaing Ikuti Jejak Nike
Penjualan daring dan outlet fisik memberi keuntungan lebih dari dua kali lipat bagi Nike. Laba akan diterima melalui mitra grosir. Cara seperti ini membuat perusahaan semakin leluasa melakukan kontrol lebih ketat terhadap pengalaman dan harga setiap produk.
Manfaat besar bagi merek premium seperti Nike yaitu mampu menyajikan barang dagangan kepada konsumen dengan cara menarik dan konsisten serta mencegah potongan harga (diskon) yang terlalu banyak terhadap produk.
Rivalnya, Under Armour (UA) dan Adidas (ADDDF) turut mengikuti jejak Nike untuk menarik kembali mitra ritel dan membangun saluran penjualan langsung ke konsumen.
Meski kehilangan Nike, DWS optimistis mampu meningkatkan pendapatn dengan menambah merek altelik lainnya.
“Kami benar-benar mendapatkan hasil yang kuat untuk semua portofolio atletik kami,” ujar CEO Designer Brands Roger Rawlins melalui panggilan Selasa, dilansir dari laman Channel News Asia, Kamis, 9 Desember 2021.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement