Wall Street Anjlok Gara-Gara Rencana The Fed

Wall street alami koreksi menyambut akhir pekan seiring investor mencermati langkah the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Des 2021, 06:53 WIB
Diterbitkan 18 Des 2021, 06:53 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street alami tekanan pada perdagangan Jumat, 17 Desember 2021. Wall street bergejolak seiring kekhawatiran kebijakan pengetatan moneter oleh the Federal Reserve (the Fed) di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 532,20 poin atau 1,5 persen ke posisi  35.365,44. Indeks S&P 500 tergelincir 1 persen ke posisi 4.620,64. Indeks Nasdaq susut kurang dari 0,1 persen ke posisi 15.169,68.

Indeks acuan utama melemah selama sepekan dengan indeks Nasdaq mencatat koreksi terbesar. Indeks Nasdaq turun hampir tiga persen, sedangkan indeks Dow Jones dan S&P 500 tergelincir 1,7 persen dan 1,9 persen.

Pada Jumat, 17 Desember 2021 bertepatan dengan berakhirnya opsi saham, opsi indeks, saham berjangka dan indeks berjangka. Ini peristiwa triwulanan yang dikenal sebagai “quadruple witching” yang biasa disertai dengan peningkatan volatilitas.

Sektor keuangan S&P 500 menjadi penghambat terbesar pada Jumat pekan ini dengan kerugian 2,3 persen setelah saham bank mengungguli pada sesi sebelumnya. Goldman Sachs melemah hampir 4 persen. Sementara itu, saham Bank of America dan JP Morgan turun lebih dari 2 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Rotasi Saham

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Banyak saham teknologi kapitalisasi besar mencatat kerugian tajam pekan ini. Saham Microsoft susut 0,3 persen, dan alami penurunan hampir 5,5 persen pada pekan ini. Sedangkan Alphabet dan Apple melemah lebih dari empat persen pekan ini.

Saham Rivian anjlok lebih dari 10 persen setelah produsen truk mengatakan akan gagal memenuhi target produksi 2021. Investor tampaknya merotasi sektor saham dari saham teknologi ke konsumsi. Investor tampaknya mencerna langkah terbaru oleh bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve seiring dengan meningkatnya inflasi dan penyebaran varian omicron.

"Ketika Federal Reserve berubah lebih hawkish dan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga lebih tinggi, investor menurunkan eksposur ke saham pertumbuhan,” ujar Chief Investment Strategist the Leuthold Group, Jim Paulsen dilansir dari CNBC, Sabtu (18/12/2021).

Ia menuturkan, growth stock menunjukkan durasi lebih tinggi dibandingkan dengan value stock karena proporsi arus kas lebih tinggi akan diterima pada masa mendatang.

Gerak Saham

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Saham FedEx melonjak hampir lima persen setelah pendapatan kuartalan dan hasil pendapatan melampaui ekspektasi dan mengumumkan pembelian kembali atau buyback USD 5 miliar.

Pada pekan ini, saham produsen vaksin COVID-19 Moderna dan Pfizer mencatat kenaikan masing-masing 14,7 persen dan 12,7 persen.

Awal pekan ini, the Fed mengumumkan rencana lebih agresif untuk mengurangi pembelian asetnya dan akan menaikkan suku bunga acuan beberapa kali pada 2022.

“Perdagangkan akan tetap bergejolak untuk sisa tahun ini karena investor bergulat dengan penurunan volume perdagangan selama sesi mendatang,” kata Analis Senior Oanda, Edward Moya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya