IPO di Asia Bakal Melambat pada 2022 Usai Sentuh Rekor 2021

Sejumlah bankir menuturkan, pasar IPO melambat dan lebih seimbang di Asia pada 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Des 2021, 12:17 WIB
Diterbitkan 19 Des 2021, 12:17 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Hong Kong - Bankir prediksi pasar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Asia melambat pada 2022. IPO di Asia bakal melambat seiring inflasi yang tinggi mengikis valuasi perusahaan teknologi dan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang lebih ketat.

Setelah satu tahun pencatatan saham, perusahaan-perusahaan di Asia mungkin sulit untuk mengulangi rekor pada 2022. Hal ini seiring psopek kenaikan suku bunga. Ditambah langkah China memperketat perusahaan teknologi besar.

IPO di Asia cetak rekor dengan nilai mencapai USD 190 miliar atau Rp 2.730 triliun  (asumsi kurs Rp 14.372 per dolar AS) pada 2021. IPO tersebut naik 31 persen dari 2020. Namun, momentum melemah terutama dalam beberapa bulan terakhir seiring Beijing meningkatkan pengetatan regulasi terhadap perusahaan swasta, menunda kesepakatan besar dan menimbulkan ketidakpastian pada 2022.

Sejumlah bankir menuturkan, pasar IPO melambat dan lebih seimbang pada 2022. Ada sejumlah faktor yang mendorongnya antara lain inflasi lebih tinggi sehingga mengikis valuasi perusahaan teknologi. Selain itu, kebijakan moneter AS yang diperketat sehingga kurangi pasokan uang tunai yang menganggur.

Untuk sektor saham akan lebih beragam. Di Korea Selatan dan India akan didorong sektor industri dan energi bersih hingga layanan keuangan. IPO di wilayah tersebut mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh perusahaan teknologi China yang dulu dominan.

"Pasar pada 2022 akan menghadapi lingkungan yang lebih normal,” ujar Co-Head of Equity Capital Markets Goldman Sachs Group Inc di Asia selain Jepang dilansir dari livemint.com, Minggu (19/12/2021).

Ia menambahkan, penarikan stimulus fiskal dan moneter, ditambah dengan harapan kenaikan inflasi dapat menantang aset berisiko termasuk pasar saham.

Pengawasan ketat Beijing terhadap perusahaan teknologi-nya pada masalah mulai dari keamanan data hingga celah yang digunakan oleh perusahaan untuk mencatatkan saham di luar negeri. “Ini akan terus memperlambat laju penggalangan dari sektor ini (teknologi-red),” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sektor Saham IPO yang Beragam

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Ditambah kinerja pasar sekunder yang lesu, telah mendorong Hong Kong, tujuan populer bagi perusahaan teknologi China keluar dari daftar teratas dunia.

Beberapa perusahaan dari produsen makanan ringan Weilong Delicious Global Holdings Ltd hingga pemasok Apple Inc, Biel Crystal Manufactory Ltd telah mendorong kembali penawaran saham di kota tersebut. Ini sebuah perkembangan yang membuat tiga bulan terakhir 2021 menjadi kuartal keempat terlemah sejak 2018 untuk IPO Asia.

Ada pelonggaran bisa jadi perusahaan China tidak terpengaruh oleh peraturan Beijing atau penerima manfaat dari prioritas pembangunan negara, termasuk penyedia energi baru dan produsen kendaraan listrik.

Co-head of Equity Capital Markets for Asia Pacific Morgan Stanley, Magnus Andersson menuturkan, pada 2022, akan melihat kelompok perusahaan yang lebih bervariasi datang ke pasar.

"Bukan hanya konsumen, internet, dan teknologi tetapi juga lebih banyak industri dan lembaga keuangan,” kata dia.

Deretan Antrean IPO di Pasar Asia

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Kehadiran perusahaan teknologi China akan membantu membuat jalur IPO Asia lebih seimbang. Hal ini seiring Korea Selatan, India dan Asia Tenggara mencatatkan IPO yang tinggi. Perusahaan di India, Korea Selatan dan Indonesia telah mencapai rekor melalui IPO pada 2021.

Kemudian masih banyak lagi perusahaan yang akan IPO antara lain LG Energy Solution yang sedang proses IPO. LG Energy Solution bidik dana IPO USD 10,8 milIar di Korea Selatan. Kemudian ada penawaran Mumbai Life Insurance Corp di India dengan valuasi USD 131 miliar.

Co-Head of Equity Capital market USB Group AG, Selina Cheung menuturkan, beberapa unicorn teknologi terbesar di Asia Tenggara juga akan menjual sahamnya pada 2022.

“Sekarang waktu tepat karena perhatian investor beralih dari China, setidaknya dalam jangka pendek,” kata dia.

IPO "Pulang Kampung"

Terlepas dari harapkan pasokan yang lambat dari perusahaan teknologi China sebagai penjual saham pertama kali, peningkatan jumlah perusahaan yang diperdagangkan di AS akan mencatatkan saham di Hong Kong dan Shanghai. Ini menunjukkan fenomena yang dikenal sebagai kepulangan.

Beberapa nama terkemuka yang telah terdaftar di pusat keuangan Asia dalam beberapa tahun terakhir termasuk Weibo Corp, Baidu Inc, dan Alibaba Group Holding Ltd. Tren ini akan meningkat di tengah meningkatnya ancaman dari Amerika Serikat untuk hapus perusahaan China di AS.

Adapun sejumlah perusahaan yang antre di Hong Kong antara lain raksasasa ride-hailing Didi Global Inc, IQiyi Inc.

Sementara itu, Futu Holdings Ltd, Tencent Music Entertainment Group dan Pinduoduo Inc juga akan jadi kandidat. “Setelah gambaran peraturan Beijing jelas, penerbitan akan pulih,” kata Smiley dari Goldman.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya